Sukses

Surya Paloh: Perang Tagar Pilpres Bukan Dialektika Romantika Biasa

Surya Paloh menilai persepsi publik terhadap demokrasi harus berubah bila tak ingin menjelma menjadi bom waktu.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, berkomentar soal perang kaus antara dua kubu berseberangan yang memunculkan gesekan di Car Free Day Thamrin beberapa waktu lalu. Menurut dia, perbedaan pilihan politik yang menimbulkan intimidasi, tak bisa dikategorikan dialektika biasa.

"Ini tidak bisa kita anggap dialektika romantika biasa. Ketika tingkat pemahaman belum mampu membedakan batas koridor ruang lingkup mengekspresikan yang berbeda," kata Surya di Gedung Akademi Bela Negara, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (2/5/2018).

Ia berpendapat, masyarakat pada umumnya hanya memahami demokrasi sebatas perbedaan. Karenanya, Surya cemas melihat gejala itu.

Ia khawatir mudarat yang timbul lebih besar ketimbang manfaat. Apalagi, lanjut dia, bila masyarakat tidak segera mengubah persepsi.

"Demokrasi tidak hanya mengenal arti perbedaan tapi juga bisa diwujudkan merangkul, merangkum satu perbedaan menjadi satu kebersamaan," jelas Surya.

 

2 dari 2 halaman

Minta Pesannya Direnungkan

Surya menekan, agar pesannya direnungkan khalayak. Jika tidak, dia meramalkan ada bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

"Jadi saya perlu mengingatkan bangsa ini sedang mengalami masalah yang besar. Bagaimana api dalam sekam yang bisa meledak tiap saat, Ini harus jadi renungan," dia memungkasi.

Saksikan video pilihan di bawah ini: