Sukses

Hati-Hati Penipuan Berkedok Wawancara Kerja Aplikasi Online

Kelima perempuan muda itu menjadi korban penipuan berkedok wawancara kerja aplikasi online.

 
Liputan6.com, Jakarta Penipuan menggunakan kedok wawancara kerja sudah jadi momok di masyarakat. Seiring perkembangan, pelaku tindak pidana itu terus merubah berbagai cara agar dapat menjerat korbannya. Salah satunya dengan modus aplikasi online.
 
Remaja putri atas nama Karina menjadi korban penipuan dengan modus tersebut. Alih-alih mendapat pekerjaan, dia bersama empat temannya yang lain malah kehilangan barang berharga.
 
Pagi itu, Senin 30 April 2018, perempuan berusia 17 tahun tersebut bergegas untuk wawancara kerja. Dari kediamannya di kawasan Ciracas, Jakarta Timur, dia bertolak ke Mega Mall Bekasi, Jawa Barat.
 
Dia mengaku mendapatkan informasi lowongan kerja melalui iklan di sebuah aplikasi jual beli online. Berangkat dari situ, bersama teman lainnya dia mendatangi seorang pria yang sudah menunggu di lokasi pertemuan.
 
"Kita ketemu berlima sama teman-teman. Sampai sana, kata orang yang mau interview, saya disuruh ketemu dia dulu," tutur Karina saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Rabu (2/5/2018).
 
Pertemuan itu dilakukan di sebuah restoran cepat saji sekitar pukul 11.00 WIB. Usai kenyang santap siang, kelima remaja itu mulai diperdaya pelaku yang diketahui bernama Steven Budiyanto.
 
Pria itu mengenakan seragam salah satu aplikasi penyedia jasa kredit online. Sementara ID Card yang ditunjukkan ke korban merupakan tanda pengenal dari sebuah perusahaan besar penyedia jasa kredit.
 
Meski antara pakaian dan ID Card berbeda, pelaku beralasan bahwa ada kerjasama antara dua perusahaan itu.
 
"Kami melamar sebagai SPG Home Credit. Setelah makan, dia minta download aplikasi Home Credit dan Akulaku. Teman-teman nggak ada yang punya kuota, jadi tathering (ke ponsel pelaku penipuan). Satu orang download dan kita berempat ikutan," jelas dia. 
 
 
2 dari 2 halaman

Perhiasan Diambil

Sambil menunggu korban mendownload aplikasi dan masuk ke halaman awal, pelaku meminta KTP kelimanya dan kemudian memutari lokasi pertemuan seakan mengecek situasi. Setelahnya, kartu identitas itu dikembalikan dan mulai meminta ponsel.
 
"Masuk akun Akulaku disuruh halaman itu aja di handphone, katanya buat absen online. Nanti dimasukin kodenya, disettingin (sama pelaku)," beber Karina.
 
Kelimanya pun menuruti permintaan pelaku. Setelah 15 menit ditinggal dengan alasan pengaturan aplikasi online, kecurigaan pun muncul lantaran pria itu tidak lagi muncul batang hidungnya.
 
Bahkan yang menurut Karina aneh, rekannya turut kehilangan cincin dan gelang setelah pelaku menjalankan aksinya. Mereka mengaku tidak tahu bagaimana cara pelaku menggasak barang berharga itu.
 
"Kita lapor Satpam setelah 1,5 jam. Katanya sering (kejadian). Sudah jadi korban ketiga saya. Satpamnya bantuin kita nyari orang ini. Temen saya diambil cincin sama gelangnya. Mintanya gimana saya juga kurang tahu," Karina menandaskan.
 
Para korban tidak secara langsung melaporkan peristiwa itu ke pihak kepolisian. Alasannya, ada bantuan dari kenalan Karina yang mengaku dekat dengan seorang polisi. Kini kasus tersebut sedang ditangani. 
Â