Liputan6.com, Jakarta - Survei Indikator menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi mencapai angka 71,3 persen. Dengan penjabaran 56,5 persen cukup puas, dan 14,8 sangat puas. Sedangkan, pihak yang menyatakan kurang puas sebanyak 25,4 persen dan tidak puas sama sekali 1,9 persen, serta tidak menjawab 1,5 persen.
Namun, ketika dibedah dalam konteks memilih calon presiden, tidak semua dari 71 persen pemilih puas tersebut akan memilih mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Sebesar 65,5 persen dari total pemilih puas tersebut akan mengalihkannya menjadi suara dukungan kepada Jokowi. Sementara yang mengalihkan ke Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebesar 11 persen, dan lainnya 12,2 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi menyebut, pemilih seperti ini sebagai satisfied nonvoter. Fenomena ini pernah terjadi ketika Pilkada DKI Jakarta ketika petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kalah. Kebanyakan pemilih tersebut berasal dari kaum muslim yang tinggal di Jawa Barat, Banten, juga Sumatera, dengan afiliasi muslim Muhammadiyah.
Advertisement
Menurut dia, hal ini dapat menjadi ancaman bagi Jokowi. Namun, ada hal yang membedakan dalam kontestasi Pilpres 2019. Figur Jokowi yang muslim dan belum ada kontroversi seperti Ahok ketika itu sulit direplikasi.
Burhanuddin mengatakan, persoalan ini tidak bisa diselesaikan dengan memperbaiki kinerja saja.
"Itu menjadi PR besar Pak Jokowi , bagaimana pun ada pemilih yang secara rasional mengakui kinerja Jokowi baik, tetapi hatinya belum bisa menerima. Nah, itu tidak bisa diselesaikan dengan memperbanyak infrastruktur, menjaga tingkat inflasi. Itu persoalannya bukan kinerja, persoalannya hati," ujar Burhanuddin di kantor Indikator, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018).
Â
Â
Figur Penting Cawapres
Burhanuddin menyebut salah satu yang bisa menyelematkan adalah dengan memilih cawapres yang tepat. Dengan cawapres, maka Jokowi diharapkan bisa mengerek suara yang hilang tersebut.
"Kalau cawapres Jokowi punya daya tarik segmen pemilih yang saya sebut, mungkin bisa membantu Pak Jokowi menaikkan elektabilitas di mata sebagian pemilih," jelasnya.
Survei nasional Indikator mengambil 1200 responden yang mempunyai hak pilih dalam pemilu secara acak dengan metode multistage random sampling. Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung dan dilakukan quality control 20 persen dari semua sampel.
Survei dilaksanakan pada 25-31 Maret 2018, serta dilengkapi dengan data survei pada bulan Februari sebelumnya, yang memiliki responden 2020. Survei Maret memiliki margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei Februari memiliki margin of error kurang lebih 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei juga ditambahkan survei opini publik dilakukan di Jawa Barat pada 5-13 Maret dan Jawa Tengah pada 12-21 Maret. Survei opini publik menggunakan 800 responden dengan margin of error 3,5 persen.
Â
Reporter:Â Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement