Liputan6.com, Jakarta - Kuasa Hukum korban intimidasi kelompok #2019GantiPresiden, Muannas Al Aidid, meminta kepolisian segera memeriksa CCTV terkait kejadian yang menimpa kliennya.
Menurut Muannas, hasil pemeriksaan itu untuk menjawab tuduhan kelompok lain yang menyebut, peristiwa intimidasi di Car Free Day, Minggu 29 April lalu, merupakan rekayasa.
Baca Juga
"Untuk memastikan sekaligus mematahkan tentang adanya skenario, sinetron sandiwara segala macem, nanti mungkin Polda dalam waku dekat akan melakukan penyitaan terhadap CCTV," ujar Muannas usai menjalani pemeriksaan, Jumat malam, 4 Mei 2018.
Advertisement
Muannas menuding balik tuduhan rekayasa peristiwa intimidasi itu. Menurut dia, peristiwa tersebut diatur oleh kelompok gerakan ganti presiden, dengan melihat bagaimana video tersebut dibuat. Dia menduga video intimidasi itu diambil oleh kelompok tersebut.
"Proses ini sebetulnya tergambar sangat jelas bahwa ada upaya yang dilakukan secara terencana dan sistematis. Dari proses menggeruduk, lalu ada yang menyiapkan kamera, ada yang mengucapkan dengan nada yang sama, hinaan cacian," terangnya.
Karena alasan tersebut, pihaknya menduga bahwa ada aktor intelektual dari gerakan itu. Muannas mendesak pihak kepolisian tidak hanya mengusut pelaku yang melakukan intimidasi, namun juga aktor intelektual dibalik penggerakan massa itu.
"Kita melihat proses itu sangat terencana, sistematis, terkesan memang ada yang mengendalikan (kejadian intimidasi). Dalam hukum itu dikenal dengan istilah aktor intelektual yang menggerakkan," tandasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Korban Diteror
Sementara korban intimidasi di car free day, Susi Ferawati, mengaku mendapat banyak teror melalui media sosial. Dia mengaku dicecar terkait tuduhan-tuduhan rekayasa peristiwa yang menimpanya.
"Disangka rekayasa, dibilang itu bukan anak saya, karena ada perbedaan nama anak, kalau ada pertanyaan itu anaknya nama siapa bener enggak, saya jawab tanya aja ke yang pembuat video, saya kan bukan yang buat dan viralkan video gitu, tanya aja ke pembuat video, saya kan enggak tahu," ucapnya di Mapolda Metro Jaya, Jumat 4 Mei 2018.
Susi membantah tuduhan mengenal pelaku intimidasi seperti yang dituduhkan di media sosial, lantaran mengenakan gelang serupa. Dia mengaku ketika itu hanya dengan rombongannya melintas di CFD. Termasuk ditemani rekannya bernama, Siti Taruma, yang menjadi saksi fakta dalam pelaporannya ke Polda Metro Jaya.
"Nggak kenal. Saya hanya pergi berlima sama mereka. Saya benar-benar hanya pergi berlima. Kemana-mana saya berlima," ucapnya.
Dia juga bercerita, tidak ada itikad baik dan permintaan maaf oleh pihak yang membela relawan ganti presiden. Malah, dia diteror terkait tuduhan gelang tersebut.
Reporter:Â Ahda Bayhaqi
Advertisement