Sukses

IPW Apresiasi Pemerintah Tuntaskan Kerusuhan di Mako Brimob

Operasi pembebasan sandera sudah usai. Sebanyak 155 narapidana teroris telah menyerahkan diri.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Police Watch (IPW) mengapresiasi pemerintah dalam menyelesaikan kerusuhan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, oleh narapidana teroris. Kerusuhan di Mako Brimob menyebabkan setidaknya enam orang meninggal, lima dari anggota polisi dan satu lainnya narapidana terorisme.

"Sikap pemerintah dalam menyelesaikan kasus kekacauan dan penguasaan Rutan Brimob oleh tahanan teroris patut diapresiasi. Apalagi dalam penyelesaiannya, tidak ada korban luka maupun tewas dan tahanan teroris berhasil dipaksa menyerah tanpa syarat," ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada Liputan6.com, Kamis (10/5/2018).

Menurut dia, hadirnya Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan pejabat lainnya memberikan semangat kepada polisi dalam menuntaskan insiden di Mako Brimob tersebut.

Tak hanya itu, dia mengatakan kehadiran Wiranto dan Hadi Tjahjanto menunjukkan sikap solidaritas aparatur pemerintah yang mendukung kerja polisi.

"Dengan selesainya kasus ini, IPW berharap kasus serupa tidak terulang lagi. Sebab kekacauan di Rutan Brimob sudah dua kali terjadi," ucap Neta.

Sebelumnya, Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan, operasi pembebasan sandera sudah usai. Sebanyak 155 narapidana teroris telah menyerahkan diri.

Napi di Mako Brimob sempat menyandera seorang polisi dan merampas 30 pucuk senjata. Salah satu senjata ralas panjang di antaranya mampu memuntahkan peluru hingga 800 meter.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Menyerahkan Diri

Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Wiranto mengatakan, seluruh napi terorisme yang ada di Mako Brimob telah menyerah. Mereka menyerah setelah Polri mengultimatum dan melakukan penyerangan terhadap mereka.

"Sudah direncanakan serbuan untuk melucuti, menyerbu mereka di lokasi yang telah kita lokalisasi, kepung, tentunya sesuai dengan standar Polri dan internasional, aparat memberikan ultimatum, jadi bukan negosiasi ya, bahwa kita akan melakukan serbuan. Menyerah atau mau menanggung risiko serbuan itu. Tentu dengan batas waktu," kata Wiranto di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5/2018).