Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan adanya kemungkinan untuk membentuk kembali komando operasi khusus gabungan untuk menangani terorisme.
Menurut dia, pembentukan pasukan itu diperlukan dalam situasi dan kondisi global saat ini.
"Sebenernya waktu saya jadi Panglima TNI itu sudah pernah kita bentuk. Kemarin saya diskusi dengan Presiden dan Beliau sangat tertarik, sangat mungkin akan dihidupkan kembali," ungkap Moeldoko, di Kantor Staf Kepresidenan, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Jumat (11/5/2018).
Advertisement
Mantan Panglima TNI ini mengatakan, bahwa komando operasi gabungan itu terdiri dari beberapa pasukan elit di Indonesia dengan status operasi. Sebut saja salah satunya yakni Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.
"Ada juga Denjaka (Datasemen Jala Mangkara dari TNI AL) dan Denbravo (Detasemen Bravo dari TNI AU), kumpulkan di stand by pos dengan status operasi," kata dia.
Status operasi artinya semua kebutuhan dengan standar operasi. Untuk pekerjaan sehari-hari pasukan itu adalah melakukan latihan mapping situasi, setelahnya terus berlatih. Contohnya di Bali.
"Sehingga nanti begitu ada kejadian di Bali (misalnya), kita proyeksikan prajurit ke sana dengan mudah bisa mengatasi. Juga membuat proyeksi di tempat lain," ucap Moeldoko.
Â
Disiapkan dalam Tempo Cepat
Pasukan itu pun disiapkan dalam tempo yang secepat-cepatnya, agar jika di kemudian hari mereka dibutuhkan, dapat berpindah ke lokasi yang dituju dengan mudah.
Selain itu, menurut Moeldoko, TNI sendiri memiliki pasukan pemukul reaksi cepat atau PPRC. Hanya saja, membutuhkan waktu lebih untuk pergerakannya.
"TNI memang memiliki PPRC tapi ini besar, sehingga di dalam penggerakannya juga memerlukan waktu," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement