Liputan6.com, Jakarta - Bom bunuh diri di tiga tempat ibadah dan Mapolrestabes Surabaya melibatkan anak-anak. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, teror melibatkan para bocah ini baru pertama kali terjadi di Indonesia.
"Anak dilibatkan dalam aksi teror baru pertama kali di Indonesia, dengan bom pinggang kemudian bunuh diri," ujar Tito di Surabaya, Senin (14/5/2018).
Baca Juga
Namun, sambung dia, di Suriah, ISIS sudah beberapa kali melakukan teror melibatkan anak-anak.
Advertisement
"Memprihatikan melihat perkembangan (teroris) seperti ini. Saya tegaskan, ini tidak terkait dengan agama apapun, tapi jaringan di tingkat regional dan juga jaringan di Timur Tengah," kata Tito.
Selain anak-anak, teror di Surabaya, Jawa Timur juga melibatkan kaum hawa. Menurut Kapolri, itu bukan kali pertamanya di dunia.
Pelaku Sekeluarga
Tito menyebutkan bahwa pelaku bom gereja Surabaya adalah satu keluarga. "Pelaku diduga satu keluarga. Ayahnya Dita, istri, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan," kata Tito.
Ia memaparkan, pelaku pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Jalan Arjuno, diduga merupakan kepala keluarga tersebut.
Sebelum beraksi, kata Tito, ia menurunkan istrinya, berinisial PK, di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro. PK turun bersama dua orang anaknya yang masing-masing masih berusia 12 dan 9 tahun.
Di sana ketiganya juga melakukan aksi bom bunuh diri. Sementara, dua pelaku yang membawa sepeda motor di Gereja Katolik Santa Marian, Jalan Ngagel, juga punya hubungan darah dengan pelaku lain.
"Ketiga yang di gereja itu juga dua orang laki-laki yang diduga putranya," Tito berujar.
Ledakan bom pertama terjadi sekitar pukul 07.30 WIB, lalu pukul 07.35 WIB, dan pukul 07.40 WIB.
Sementara, bom bunuh diri yang meledak di Mapolrestabes Surabaya, Senin pagi juga dilakukan satu keluarga. Dari lima orang yang meledakkan diri, satu di antaranya yang merupakan anak perempuan dalam keadaan selamat, empat lainnya tewas.
Advertisement