Liputan6.com, Surabaya - Pasangan suami istri pengebom di Mapolrestabes Surabaya tidak menyekolahkan dua anak terkecilnya di sekolah umum. Ketika ditanya masyarakat, mereka biasa menjawab anaknya menjalani home schooling padahal mereka berbohong.
Seperti ditayangkan Liputan6SCTV, Rabu (16/5/2018), menurut Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin, anak-anak tersebut selama ini terus didoktrin paham teroris. Kepada warga, pasangan suami istri pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya selalu mengaku anaknya home schooling.
Sementara itu, salah satu anak pelaku yang selamat masih dalam pengasuhan psikolog untuk memulihkan dari trauma. Nantinya setelah kondisinya membaik, akan diserahkan pada keluarganya yang tidak terkait dengan aksi teror.
Advertisement