Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengaku kurikulum pelajaran di sekolah saat ini ada yang sudah berisi soal pencegahan terhadap kemungkinan masuknya paham radikal.
Hal ini berkaitan dengan perlibatan anak-anak dalam aksi terorisme peledakan bom di Surabaya, Jawa Timur.
"Sebetulnya, kurikulum yang kita desain sekarang ini semua muatan yang bersifat pencegahan terhadap kemungkinan terpaan ide-ide radikal, pikiran-pikiran radikal, itu sudah ada, cuma bagaimana itu bisa efektif di dalam implemetasinya," ujar Muhadjir saat berbincang dengan Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta Pusat, Rabu (16/5/2018).
Advertisement
Meski begitu, menurut dia sekolah memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, kata Muhadjir, pendidikan anak yang utama adalah keluarga.
"Saya berkali-kali menyampaikan bahwa sekolah itu adalah penopang, pendukung dari pendidikan anak," ucap dia.
Muhadjir menyayangkan masih ada keluarga yang justru memberikan doktrin sesat kepada anak-anaknya. Dalam hal ini, sekolah tidak boleh kecolongan.Â
"Maka ini merupakan pekerjaan tambahan kepada sekolah supaya betul-betul mewaspadai kalau ada keluarga-keluarga yang kemungkinan memiliki agenda tersembunyi yang bisa menghancurkan masa depan anak-anaknya. Tidak boleh membiarkan anak-anak itu bulan-bulanan atau dijadikan tumbal dari ambisi sesat keluarganya itu," tegas Muhadjir.
Sebelumnya, peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Minggu 13 Mei lalu menyita perhatian masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Masyarakat pun mengutuk peristiwa yang menewaskan belasan orang itu.
Pelaku bom bunuh diri itu merupakan satu keluarga yang melibatkan pasangan suami-istri dan anak-anaknya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: