Liputan6.com, Jakarta - Rencana Pemprov DKI Jakarta untuk menggelar salat tarawih di Monas, Sabtu 26 Mei 2018, memunculkan kritikan. Salah satunya, dari Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis.
"Saya kok ragu ya kalau tarawih di Monas alasannya untuk persatuan. Logikanya apa ya?" tulis Cholil di akun Twitter pribadinya, 18 Mei 2018 lalu.
Advertisement
Baca Juga
Dia menambahkan, tarawih layaknya dilaksanakan di masjid karena merupakan salat malam yang sebaiknya disembunyikan. Bahkan, menurut dia, Nabi Muhammad SAW pun hanya beberapa kali salat tarawih bersama sahabat-sahabatnya.
Makanya, Cholil berharap Pemprov DKI Jakarta mengurungkan niat pelaksanaan salat tarawih di Monas. Apalagi, Masjid Istiqlal yang punya kapasitas tampung besar berjarak sangat dekat dengan Monas.
Selengkapnya seputar tarawih di Monas dapat dilihat dalam Infografis di bawah ini:
Pertimbangkan Saran Ulama
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebut, beberapa ulama menyarankan agar tarawih tetap dilaksanakan di masjid, bukan di Monas. Dia pun akan mempertimbangkan saran ulama tersebut.
"Jangan sampai kegiatan ini malah menjadi pemecah belah, malah menjadi suatu bahan yang menurunkan ketakwaan kita. Jadi nanti masukannya akan kami terima," kata Sandiaga di lapangan IRTI Monas, Senin 21 Mei 2018.
Sandiaga mengatakan, akan mempertimbangkan saran dari ulama dan mendiskusikannya kepada Gubernur Anies Baswedan. Ia juga berencana mengundang para ulama untuk mendiskusikan hal tersebut.
Advertisement
Alternatif Tempat
Sandiaga berencana akan tetap menggelar tarawih massal di Jakarta. Jika tarawih di Monas batal, maka akan dicarikan tempat alternatif seperti Masjid Istiqlal atau Masjid Raya Hasyim Asyari.
"Kemungkinan ke Istiqlal, bisa ke Jakarta Islamic Center, bisa ke Masjid Raya Hasyim Asyari, bisa di mana saja. Ini masukan buat kami," ucapnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: