Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 38 Komunitas yang tergabung dalam 'Pancasila untuk Generasi Muda' bermediasi dengan Lembaga Sensor Film (LSF) terkait dengan keputusan lembaga itu memberikan lulus sensor 17 tahun kepada Film Lima.
Mediasi menghadirkan produser Film Lima, Lola Amaria, dan sejumlah anggota Komisi I DPR. Antara lain, Charles Honoris dari PDIP, Dave Laksono Partai Golkar, dan Arvin Hakim Thoha dari PKB.
Dalam kesempatan itu, Arvin Hakim Thoha mengatakan, film Lima sangat bagus. Dia pun berpendapat Film Lima mestinya ditonton remaja berusia 13 tahun karena dalam setiap adegan lebih banyak menampilkan pendidikan.
Advertisement
"Ini persoalannya yang saya tahu pinginnya di umur 13 tahun tapi putuskan umur 17 tahun. Menurut saya, pendidikan yang bagus itu anak-anak. Bukan orang yang sudah mulai bisa berfikir," kata dia kata dia di Ruang Rapat Pleno, Kantor LSF, Senin (28/5/2018).
Menurut dia, LSF seharusnya melonggarkan aturan terhadap film-film yang lebih banyak mengandung pendidikan.
"Oleh sebab itu (LSF) jangan terlalu kenceng. Percuma kalau terlalu kenceng. Di film harus begini-begini," ungkap dia.
Senada, Dave Laksono dari Partai Golkar mengatakan, film yang bernada toleransi amat dibutuhkan, terutama untuk generasi muda.
"Faktanya saja saat ini intoleransi di Indonesia sangat tinggi. Sudah masuk kerawanan yang membahayakan ke depannya," ujar dia.
Sementara itu, Charles Honoris dari PDIP mengatakan beberapa survei menunjukkan kaum muda Indonesia semakin intoleran. Karenanya Film Lima dinilai perlu untuk membumikan pancasila.
"Kita perlu film-film seperti ini yang mengangkat pancasilan untuk kontra narasi intoleran," tandas dia.
Kisah Film Lima
Film Lola Amaria ini dibuat dengan melibatkan empat sutradara. Cerita dalam film tersebut berkisah antara lain (Ketuhanan Yang Maha Esa) digarap oleh sutradara Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti kebagian sila kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab).
Adapun Lola Amaria sendiri menggarap sila ketiga (Persatuan Indonesia), Harvan Agustriansyah bertugas menggarap sila keempat (Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan) dan sila kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) disutradarai oleh Adriyanto Dewo.Â
"Semua sutradara itu saya sendiri yang pilih. Semua dari mereka itu sudah pernah kerja sama dengan saya. Jadi saya enggak beli kucing dalam karung," kata Lola Amaria saat ditemui di Djakarta Theater, Thamrin, Kamis (24/5/2018).
Digarap oleh lima sutradara yang berbeda bukan berarti cerita dalam film ini tidak menyatu. Garapan lima sutradara ini kemudian disatukan oleh editor yang Lola sebut sebagai sutradara keenam. Konsep ini pun akhirnya tidak membingungkan ataupun menyulitkan pemain.
Hal tersebut diakui oleh Prisia Nasution yang dipercaya sebagai salah satu dari lima pemeran utama film Lima. "Enggak sih (bingung) karena film ini skenarionya memang utuh gitu. Tapi ada part-part yang memisahkan mana sila pertama dan mana sila yang lain," ujar Prisia.Â
Film Lima sendiri dibintangi oleh Prisia Nasution, Tri Yudiman, Baskara Mahendra, Yoga Pratama, Dewi Pakis, Aji santosa, Eliza, Alvin Adam, Raymond Lukman, Gerdi Zulfitranto, Willem Bevers, Rangga Djoned, Aufa Assagaf, Ade Firman Hakim, Sapto Soetardjo, Ella Hamid, Kiki Narendra, Ravil Prasetya, Warman Nasution, dll.
Setelah diketahui penayangannya, film ini sayangnya mendapatkan rating dewasa alias hanya bisa ditonton 17 tahun ke atas oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Hal ini pun membuat Lola Amaria sedih. Dirinya berharap film ini bisa ditonton oleh anak-anak mengingat ceritanya yang mengangkat tentang nilai Pancasila.
"Iya (sedih). Saya awalnya berkeinginan untuk membawa film ini ke anak-anak SD atau SMP dan SMA tapi terganjal dari LSF," tutur Lola. "Waktu kita kasih tonton ke anak-anak muda sih reaksi teman-teman semua luar biasa. Kebanyakan orangtua malah pengen anaknya nonton dan mengerti secara mendalam nilai-nilai dari Pancasila."
Advertisement