Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un berakhir dengan kesepakatan denuklirisasi pihak korea Utara. Kepala Staf Presiden Jenderal (Purn) TNI Moeldoko, menilai peristiwa tersebut adalah momentum kemajuan bagian perdamaian dunia
"Bagi sebuah negara, yang perlu kita lihat adalah niatnya," ujar Moeldoko kepada wartawan, usai berbuka puasa di Jakarta, Rabu (13/6/2018).Â
Dalam hal politik luar negeri, dikatakan Moeldoko, niat sebuah negara adalah hal yang sangat perlu diperhitungkan. Misalnya, mengukur niat sebuah negara untuk menginvasi negara lain. Atau, niatan untuk perdamaian.
Advertisement
"Ketika mau berperang, niat itu yang perlu kita kenali," kata purnawirawan jenderal bintang empat TNI AD itu seperti dilansir dari Antara.
Dia bercerita, ketika masih aktif menjadi Panglima TNI, Moeldoko mengaku pernah menghadiri pertemuan di AS. Pada kesempatan itu, dirinya diminta agar Indonesia turut aktif menjaga keseimbangan keamanan akibat aktivitas pengayaan nuklir di semenanjung Korea.
"Karena harus diakui, pengembangan senjata nuklir Korea Utara ini berimplikasi pada psikologis negara-negara tetangganya," kata Moeldoko.
Â
Â
Pentingnya Komunikasi
Setelah mengenali niat sebuah negara, sambung Moeldoko, langkah selanjutnya adalah komunikasi. Sebagai contoh, ia menceritakan tentang ketegangan yang pernah terjadi antara Indonesia dengan Malaysia dalam hal perbatasan di Kalimantan.
"Saya tetap segaris dengan pemerintah, bahwa Malaysia harus membongkar fasilitasnya di perbatasan."
Di sisi lain, sebagai panglima, ia juga berdiplomasi dengan militer negara tetangga itu. Diplomasi agar tak terjadi gesekan, di kedepankan. Sebelum ada keputusan politik dari negara, menurutnya, tentara tidak boleh bertindak sendirian.Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â
Advertisement