Liputan6.com, Jakarta Awal Juni lalu, seekor gajah bernama Bunta mati di Unit Respons Konservasi atau Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Gampong Bunin, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam. Dugaan sementara penyebab kematian gajah jinak ini karena diracun.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar menyebut ada kelemahan pengawasan di CRU tersebut. Ia menilai kematian gajah di tengah unit konservasi ini aneh. Karena itu, ia akan mengecek manajemen di CRU tersebut.
"Memang agak unik ya karena gajahnya mati di unit konservasi. Berarti saya juga harus cek bagaimana manajemennya sebetulnya. Berarti ada kelemahan pengawasan," jelas Siti Nurbaya di Kantor DPP Partai Nasdem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (15/6/2018) malam.
Advertisement
Usai libur Lebaran, ia akan memanggil pihak dari CRU Serbajadi. Ia juga akan meminta jajarannya untuk memeriksa sistem kerja manajemen CRU tersebut.
"Makanya nanti habis masuk kerja ini kita akan panggil unit-unit lapangannya. Saya minta Dirjen untuk meneliti dan Inspektur Jenderal untuk melihat bagaimana sebetulnya sistem kerja manajemen CRU-nya itu," ia menerangkan.
Nurbaya menyampaikan gajah Bunta mati karena diracun. Sebelah gadingnya patah dan tersisa tinggal 46 sentimeter. Panjang gading kanan gajah ini sekitar 148 sentimeter. Berat sebelah gading seekor gajah sekitar 4 kilogram dan harganya paling rendah mencapai Rp 8 juta per kilogram dan bisa juga lebih mahal.
Pengejaran pelaku pembunuh gajah ini diserahkan ke Polres Aceh Timur. Sementara Kementerian LHK menyiapkan bukti-bukti ilmiah terkait penyebab kematian gajah Bunta.
"Terkait dengan kejahatannya kita menyiapkan bukti karena yang ngejar penjahatnya kan Polres ya bersama jajaran Gakkumnya kementerian. Di sisi lain kita melakukan penelitian laboratorium untuk organ-organ tubuh gajah yang terkena (racun) karena gajahnya mati diracun dari makanan," kata Siti Nurbaya.
Reporter:Â Hari Ariyanti
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan di bawah ini: