Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kemeriahan perayaan Idulfitri bersama keluarga di kampung halaman, seorang pria asal Tulungagung, Jawa Timur, Pujiana (48) harus menyusuri jalan di sekitar Gambir, Jakarta Pusat. Ditemui di jalan Kebon Sirih seorang diri, dia sedang sibuk masuk ke dalam selokan untuk membersihkan daun yang berguguran dan sampah di trotoar.
Meski baru dilakoninya lima bulan, Pujiana mengaku senang dengan pekerjaannya. Dia mengaku, baru kali ini jauh dari keluarga dan merayakan hari Idulfitri sendiri.
Baca Juga
Kebijakan di lingkungan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Gambir itulah yang membuat belum bisa berjumpa dengan anak dan istri. "Saya belum pernah terpisah sama keluarga. Baru terasa sekarang, sakit banget. Tapi di sini cari nafkah, ya enggak apa-apa" ucap Pujiana, Sabtu (17/6/2018).
Advertisement
Dia pun tak bisa mencicipi masakan ketupat, rendang, serta opor buatan istrinya. Tahun ini dia masak sendiri dan beli. "Masak sendiri. Ketupatnya beli kan saya enggak bisa bikin," kata Pujiana.
Pria yang pernah menjadi Petani tembakau dan cabai selama 17 tahun ini mengaku tahu risikonya saat pertama kali diwawancarai untuk masuk kerja. Adik kembarnya yang pertama kali merantau, menawari pekerjaan sebagai PPSU.
Pujiana yang kerja sejak malam takbiran sampai H+2 lebaran ini, mengaku harus masuk dengan waktu yang lebih panjang, terlebih saat membersihkan kawasan Monumen Nasional (Monas). Dia mengaku shift pagi yang seharusnya pukul 05.00 WIB dan berakhir di pukul 13.00 WIB ini, harus dimulai pukul 01.00 WIB dini hari.
"Itu ada sempat perubahan shift dari jam 01.00 WIB pagi. Banyak sampahnya. Untung jam 12.00 WIB (malam) para pedagang sudah dihalau," ungkap Pujiana.
Â
Loyalitas
Dia menyadari apa yang dilakukannya demi menjaga Jakarta tetap bersih. Menurutnya ini bagian dari loyalitas.
"Ini loyalitaslah, karena sudah tahu kerjaan PPSU. Termasuk kegiatan malam, seperti di Monas sampai malam ini," tutur Pujiana.
Dia pun tetap mensyukuri meski baru bisa pulang kampung selama empat hari pada pekan Depan. Selain tetap bisa bertemu dengan keluarga, harga tiket bus tak mahal.
"Kalau harga normal itu Rp 180 ribuan. Kalau kayak hari ini bisa Rp 400 ribu. Kan orang pada sudah masuk kantor. Iya untung juga," pungkasnya sambil tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement