Sukses

PVMBG: Gunung Agung Belum Stabil

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut masih ada potensi erupsi susulan dengan intensitas kecil di Gunung Agung.

Liputan6.com, Denpasar - Kondisi Gunung Agung masih belum stabil. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut masih ada potensi erupsi susulan dengan intensitas kecil.

"Kondisi Gunung Agung belum stabil. Namun, potensi erupsi yang lebih besar dari erupsi yang terjadi sebelumnya masih relatif kecil, karena saat ini estimasi kami terhadap magma yang ada di dalam tubuh gunung masih belum signifikan," ujar Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Sabtu (7/7/2018).

Menurut dia, dengan adanya gambaran umum ini, pihaknya masih menempatkan level Gunung Agung berstatus siaga atau level tiga, sehingga pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius empat kilometer, baik itu melakukan pendakian.

Untuk aktivitas terkini Gunung Agung sejak pukul 00.01 Wita hingga pukul 09.00 Wita, secara visual masih mengamati ada asap putih dengan ketinggian 200-300 meter dari atas puncak. "Masyarakat yang di luar radius empat kilometer diimbau untuk tetap tenang dan tidak panik," kata Devy.

Sedangkan dalam enam jam terakhir, jumlah aktivitas vulkanik hanya mengalami enam kali gempa hembusan yang artinya gempa dengan konten rendah yang mengindikasikan adanya pergerakan fluida yang dominan ke permukaan dari pada gempa vulkanik yang saat ini tidak terekam.

"Kalau ada gempa vulkanik mengindikasikan adanya pergerakan magma kedalaman, namun saat ini kami melihat adanya pengurangan tendensi suplai magma ke permukaan," ucap Devy seperti dilansir Antara.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Perut Gunung Agung Belum Menggembung

Untuk deformasi Gunung Agung terlihat masih berfluktuasi, namun secara umum belum adanya penunjukkan penggembungan perut gunung atau penambahan volume magma yang signifikan di dalam tubuh gunung tertinggi di Bali ini.

"Secara geokimia, kami telah mengukur gas yang masih terekam 400 ton per hari, dibandingkan hari sebelumnya lebih besar sekitar 1.000 ton per hari," ujar Devy.

Namun, dari jumlah gas tersebut mengindikasikan Gunung Agung mengalami sistem terbuka atau gas-gas ini bisa naik ke permukaan relatif lebih mudah. "Hal ini sangat baik untuk mengurangi tekanan di dalam tubuh Gunung Agung," kata Devy.