Liputan6,com, Kintamani: Keindahan Pulau Dewata Bali dan segala adat tradisinya sangat melekat di hati wisatawan dunia. Salah satu dari pesona alam yang menarik minat wisatawan dunia adalah panorama Danau Batur dan Gunung Batur di kawasan Kintamani.
Di kawasan wisata kaki Gunung Batur ada sebuah tempat pemandian air panas alami. Menurut I Nyoman Asrama Winaya, air panas alami ini dipercaya berkhasiat untuk kesehatan.
Ada pula tempat wisata lainnya, sebuah pura di Desa Kalanganyar, Kintamani. Di Pura Ulun Danu ini biasa dilakukan pesta adat Ngusaba Kapat sebagai persembahan kepada Yang Mahakuasa. Di kawasan indah ini pula, biasa digelar festival seni dan budaya Danau Batur.
Tak terlalu jauh dari kawasan tersebut, ada Desa Trunyan, Kintamani. Di Desa Trunyan yang masih berada di seputar pinggiran Danau Batur, di kaki bukit Kintamani mayat-mayat orang meninggal tidak dikubur melainkan hanya ditaruh di bawah sebuah pohon raksasa. Keunikannya, mayat itu tidak berbau. Konon dari cerita mulut ke mulut, bau jenazah terkalahkan oleh wanginya aroma pohon raksasa tersebut.
Desa Trunyan dan tradisinya yang unik ini sudah ada sejak 1.100 tahun silam sebelum bala tentara Majapahit masuk Bali. (Vin)
Di kawasan wisata kaki Gunung Batur ada sebuah tempat pemandian air panas alami. Menurut I Nyoman Asrama Winaya, air panas alami ini dipercaya berkhasiat untuk kesehatan.
Ada pula tempat wisata lainnya, sebuah pura di Desa Kalanganyar, Kintamani. Di Pura Ulun Danu ini biasa dilakukan pesta adat Ngusaba Kapat sebagai persembahan kepada Yang Mahakuasa. Di kawasan indah ini pula, biasa digelar festival seni dan budaya Danau Batur.
Tak terlalu jauh dari kawasan tersebut, ada Desa Trunyan, Kintamani. Di Desa Trunyan yang masih berada di seputar pinggiran Danau Batur, di kaki bukit Kintamani mayat-mayat orang meninggal tidak dikubur melainkan hanya ditaruh di bawah sebuah pohon raksasa. Keunikannya, mayat itu tidak berbau. Konon dari cerita mulut ke mulut, bau jenazah terkalahkan oleh wanginya aroma pohon raksasa tersebut.
Desa Trunyan dan tradisinya yang unik ini sudah ada sejak 1.100 tahun silam sebelum bala tentara Majapahit masuk Bali. (Vin)