Sukses

Membaca Kode Politik TGB untuk Jokowi

TGB menilai Jokowi sangat layak maju dua periode. Dukungan ini pun diartikan oleh sejumlah pihak sebagai upaya manuver TGB yang disebut menjadi salah satu bakal cawapres Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Tuan Guru Bajang alias TGB Zainul Majdi muncul di tengah keriuhan bursa cawapres dua poros dukungan capres, yaitu Jokowi dan Prabowo Subianto. Bahkan, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dua periode itu, dianggap sebagai salah satu calon presiden alternatif.

TGB sendiri sejauh ini telah menyatakan dukungannya kepada Jokowi untuk kembali maju sebagai calon presiden di Pilpres 2018. Menurut TGB, Jokowi merupakan tipikal pemimpin pekerja keras. Karena itu, menurut dia, mantan Gubernur DKI Jakarta itu perlu diberi kesempatan maju di periode berikutnya.

"Suatu transformasi enggak cukup hanya lima tahun, ketika periodisasi maksimal 10 tahun. Saya rasa sangat fair kita beri kesempatan Beliau untuk kembali melanjutkan," ucap TGB saat berkunjung ke Redaksi Liputan6 di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Selasa, 3 Juli 2018.

TGB mengatakan, dukungan kepada Jokowi murni sebagai keputusan pribadi dan tanggung jawab sebagai anak bangsa. "Itu pernyataan pribadi dan tidak ada sangkut paut dengan yang lain," tegas TGB.

Menurut dia, Jokowi sangat objektif dan menganggap seluruh daerah di Indonesia mempunyai hak sama untuk mendapatkan pembangunan. "Beliau berusaha objektif dan melihat potensi di segala sudut daerah di Indonesia untuk bisa beliau fasilitasi. Beliau orang yang sangat concern bekerja," ucap dia.

Menurut dia, kendati Jokowi kalah telak di NTB saat Pilpres 2014 lalu, Provinsi NTB justru menjadi salah satu daerah yang mendapat perhatian besar dari Jokowi.

Salah satu bukti adalah diresmikannya Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok, yang digadang sebagai The Next Nusa Dua.

"Saat bertemu Beliau pertama kali, saya katakan ke Pak Jokowi, saya dulu Ketua Pemenangan Prabowo di NTB, Pak. Tapi Beliau katakan, sudah lupakanlah..," kata TGB.

TGB sendiri mengaku menjadi Tim Pemenangan Prabowo di Pilpres 2019 karena diminta oleh seseorang yang menurutnya dia hormati. Karena itu, dia tidak bisa menolak permintaan tersebut.

"Bayangkan saya menjadi Ketua Tim Pemenangan, tapi tidak pernah sekali pun bertemu dengan Pak Prabowo," ucap TGB.

Pujian Partai Banteng

Dukungan TGB ini mendapat respons beragam dari sejumlah tokoh parpol. PDI Perjuangan, sebagai partai utama pengusung Jokowi, berharap dukungan TGB tulus dan tanpa ada embel-embel apa pun.

"Pujian dan dukungan yang tulus itu penting sebagai modalitas untuk bekerja lebih keras lagi," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 4 Juli 2018.

Terkait munculnya nama TGB dalam bursa cawapres bersama sejumlah tokoh lain, seperti Muhaimin Iskandar, Romahurmuziy, Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Mahfud MD, Hendrawan mengatakan penentuan cawapres tidak ditentukan oleh survei, tapi sepenuhnya ada pada ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri.

"Tentu yang bersangkutan yang bisa mengukur diri dan menilainya. Sekarang proses sudah mendekat karena kontestasi cawapres sudah berlangsung sejak kita memasuki 2018. Jadi, dari timing masuk gelanggang, agak sedikit tertinggal," kata dia.

Hendrawan meyakini, sebagai tokoh yang telah mempunyai basis massa, TGB mempunyai strategi dan memperhitungkan peluang dirinya untuk bisa menjadi cawapres di Pilpres 2019.

"Setiap parpol atau tokoh punya tim. Para Ketum Parpol punya kalkulasi dan intuisi politik. Meski demikian, saya yakin, orang sekaliber TGB punya tempat dalam the winning team untuk menuju Indonesia Hebat," kata Hendrawan.

 

2 dari 3 halaman

Urusan Pribadi

Sementara itu, Partai Demokrat memastikan dukungan TGB terhadap Jokowi merupakan sikap pribadi dan tidak ada hubungannya dengan Partai.

"Karena kalau pendapat dari partai tentunya yang menyampaikan dari DPP. Dan ini adalah pendapat pribadi, tentunya terlepas dari pendapat Partai Demokrat," ucap dia.

Agus tidak menampik bahwa TGB merupakan anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat yang bisa turut serta mengambil keputusan. Namun, kata Wakil Ketua DPR ini, setiap anggota majelis tinggi bisa memiliki pendapat masing-masing.

"Tentunya anggota majelis tinggi semuanya mempunya hak, semuanya mempunyai pendapat dan tentunya semuanya diputuskan di dalam rapat majelis tinggi, tidak disampaikan sendiri-sendiri," ucap dia.

"Menurut saya, yang kami ketahui apa yang disampaikan TGB adalah pendapat pribadi," kata Agus.

Lain dengan Demokrat, Wasekjen Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, pihaknya menghormati sikap TGB yang mengalihkan dukungan dari Prabowo kepada Jokowi.

Seperti diketahui, TGB tercatat menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta NTB di Pilpres 2014.

Sebagai Ketua tim pemenangan, TGB berhasil membawa Prabowo-Hatta jauh mengungguli Jokowi-JK. Total sebanyak 72 persen suara yang diraih Prabowo di NTB. Angka tersebut merupakan kemenangan terbesar Prabowo selain di wilayah Jabar, dan Sumatera Barat di Pilpres 2014.

"Kami menghormati siapa pun, tokoh mana pun, partai mana pun, mantan gubernur sekali pun salah satu calon mendukung Pak Jokowi atau Pak Prabowo, atau calon lain," kata Riza di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Kamis (5/7/2018).

Dia menyebut tidak khawatir dengan arahan dukungan TGB saat ini. Riza mengatakan partai pimpinan Prabowo Subianto itu telah memiliki perhitungan yang bisa mempertahankan NTB sebagai salah satu lumbung suara saat Pilpres.

"Kami juga punya hitung-hitungan, bahwa kami meyakini NTB tetap jadi basis kami," ucap Riza.

Terpenting saat ini, lanjut dia, semua pihak dapat ikut serta menyukseskan penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut.

"Paling penting, kita semua mari menyuarakan aspirasi rakyat seluruhnya, bukan kepentingan sesaat apalagi kepentingan kekuasaan dan jabatan," jelas Riza.

 

3 dari 3 halaman

Kode Jokowi

Dukungan TGB ini mendapat respons positif dari Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menganggap dukungan TGB merupakan penghargaan bagi pemerintah yang giat mengembangkan pembangunan di daerah.

"Saya kira itu bentuk sebuah penghargaan, apresiasi kepada pemerintah," kata Jokowi di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, dukungan TGB disertai dengan alasan yang jelas. Yakni pemerintah dinilai sudah bekerja optimal untuk merealisasikan program kerja demi menyejahterakan rakyat.

"Beliau sendiri menyampaikan rasionalnya seperti itu. Saya kira Beliau melihat dengan rasionalitas yang wajar," ucap Jokowi bangga.

Tak hanya Jokowi, Mendagri Tjahjo Kumolo juga mengaku enggan mengkaitkan dukungan TGB dengan politik di Pilpres 2019. Menurut Tjahjo, dukungan TGB merupakan apresiasi terhadap pemerintah yang dianggap sukses mendukung pembangunan daerah.

"Kalau itu bukan masalah politik. Gubernur NTB ya Beliau orang jujur, orang apa adanya. Sehingga ngomong tidak ada tendensi politis apa-apa" kata Tjahjo.

Politikus PDIP yang juga Menteri Dalam Negeri (Mendagri) ini menyebut, TGB Zainul Majdi paham pembangunan yang dilakukan Jokowi, sehingga dukungan yang diberikan tidak perlu diributkan.

CEO Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menyebut peluang Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi menjadi cawapres 2019 masih terbuka. TGB sendiri lebih condong menjadi cawapres di kubu Joko Widodo atau Jokowi.

"Masih terbuka, tetapi saat ini karena Beliau kemarin sudah memutuskan mengendorse Jokowi, itu berarti peluang dia sebagai cawapres dari kubu Jokowi. Karena di kubu non-petahana itu kayaknya namanya sudah dicoret," kata Djayadi di markas SMRC, Jakarta Pusat, Kamis (5/6/2018).

Hanan yakin kubu Jokowi bakal mempertimbangkan TGB, mengingat dia memiliki dukungan dari kalangan umat Islam dan pengalaman ciamik sebagai Gubernur NTB. Dari situ, Jokowi bisa merebut suara pemilih yang tinggi.

"Tergantung alasan apa memilih Beliau. Misalnya kalau alasannya untuk merangkul kalangan umat Islam karena TGB selain gubernur yang berpengalaman dan cukup sukses, Beliau adalah tokoh Islam yang cukup disegani," tuturnya.

Meski demikian, TGB memiliki kendala karena menjadi kader Partai Demokrat. Dan Demokrat belum menentukan arah dukungan politik terkait pilpres.

Namun, kata dia, ketokohan TGB belum melekat di Partai Demokrat. Beda dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang saat ini sudah cukup bisa menentukan arah bendera Partai Demokrat.

"Saya kira TGB bukan tokoh sentral Demokrat, jadi kalau AHY bisa pindah (dukungan) mungkin bisa ya karena dia mulai dianggap mewakili Demokrat setelah SBY. Tapi TGB selama ini lebih dikenal sebagai tokoh yang mewakili Islam secara umum, kemudian tokoh NTB atau nashdlatulwaton, tokoh Islam mirip NU di NTB," tandas Hanan.

Â