Sukses

Pintu Capres Gerindra Tertutup untuk Anies Baswedan

Meski diusung Partai Gerindra saat mengikuti Pilkada DKI 2017, Anies ternyata tak mulus mendapatkan tiket capres dari partai besutan Prabowo Subianto.

Liputan6.com, Jakarta - Kurang sebulan lagi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuka pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk bertarung pada Pilpres 2019. Sejumlah nama selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto bermunculan. Salah satunya Anies Baswedan.

Gubernur DKI Jakarta itu telah dideklarasikan untuk maju sebagai calon presiden 2019. Namun, Anies terkendala tak adanya kendaraan politik yang bisa menghantarnya ke meja pendaftaran KPU pada 4 Agustus 2018.

Meski diusung Partai Gerindra saat mengikuti Pilkada DKI 2017, Anies ternyata tak mulus mendapatkan tiket capres dari partai berlambang kepala burung Garuda itu. Bahkan. Partai Gerindra menutup pintu untuk Anies.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menegaskan tidak ada peluang bagi Anies Baswedan untuk mendapatkan dukungan sebagai calon presiden dari partainya. Tekad Gerindra sudah mantap untuk mengusung sang ketua umumnya, Prabowo Subianto. 

"Partai Gerindra tetap 100% mendukung Prabowo untuk menjadi Capres 2019. Menurut saya tidak ada peluang untuk menggeser dukungan tersebut pada Anies Baswedan," kata Dasco dalam keterangannya, Minggu (8/7/2018).

Dia menjelaskan, dua alasan mengapa tidak mungkin Gerindra mengalihkan dukungan kepada Gubernur DKI Jakarta itu. Pertama, partai berlambang kepala garuda itu sudah memberikan mandat resmi melalui Rapimnas kepada Prabowo Subianto.

"Dukungan tersebut merupakan mandat resmi dari seluruh kader Gerindra di semua tingkatan yang disampaikan pada Rapimnas bulan April lalu secara bulat dan tegas," jelasnya.

Alasan kedua, Prabowo dianggap sebagai satu-satunya penantang terkuat untuk melawan petahana Jokowi. Dasco mengatakan hasil Pilkada Jawa Tengah dan Jawa Timur suara kepada pasangan yang diusung Gerindra meroket. Hal itu membuktikan betapa besarnya dukungan masyarakat kepada Prabowo.

"Saat ini penantang Jokowi terkuat adalah Pak Prabowo. Hasil Pilkada Jateng dan Jabar di mana suara paslon yang didukung Gerindra meroket adalah gambaran betapa besarnya dukungan masyarakat pada Pak Prabowo, sehingga secara realistis tidak ada lawan lain yang setangguh Pak Prabowo," ujar Dasco.

Wakil Ketua DPP Gerindra Ferry Julianto menegaskan, peluang Anies maju sebagai calon Presiden tidak besar.

"Pastinya Pak Prabowo yang punya kebijaksanaan apakah Anies diikhlaskan (menjadi calon Presiden) pasti Pak Prabowo (mengusulkan) kalau bisa Wakil Presiden enggak mungkin Presiden. Itu agak berat," ujar Ferry.

Jelang pendaftaran calon presiden kubu oposisi memang tengah meracik nama-nama capres dan cawapres yang akan diusung. Di antaranya, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sohibul Iman hingga Zulkifli Hasan dan Ahmad Heryawan. Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN tengah mempersiapkan diri melawan petahana Joko Widodo di Pilpres 2019.

2 dari 3 halaman

Dukungan PKS

Wacana duet Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau duet antara Anies dan Ahmad Heryawan di Pilpres 2019 mengemuka. Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menilai, duet tersebut bisa menjadi perpaduan figur yang mengejutkan di Pilpres 2019.

"Jadi, Anies-AHY atau Anies-Aher kalau pendapat pribadi saya figur yang luar biasa. Ini bisa menjadi the shocking figur politik karena dua-duanya muda, dua-duanya siap membangun Indonesia," kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/7/2018).

Mardani mengakui, selain nama Anies-AHY, ada nama lain yang menguat di internal PKS. Di antaranya duet Prabowo Subianto dan Anies Baswedan serta Prabowo dan Ahmad Heryawan (Aher).

"Opsi Prabowo Anies menguat juga. Mas Anies masuk ke cawapresnya Pak Prabowo. Seperti opsi Pak Prabowo kang Aher juga ada dan cukup menguat, di Jabar contohnya. Jadi kalau positioning-nya," ungkapnya.

Meski begitu, semua berhak mengutarakan pendapatnya terkait pengusungan capres dan cawapres. Tetapi keputusan akhir pencalonan capres atau cawapres melihat respons masyarakat.

"Saya punya pendapat pribadi. Semuanya monggo dijual ke publik, nanti akan ada kata penentunya. Survei, mana yang paling promising. Karena kita bukan ingin maju, filosofinya kita mau menang," ucap Mardani.

Terpisah, Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid menyebut nama Anies Baswedan muncul hanya bagian dari aspirasi yang berkembang di antara partai politik. Aspirasi itu, kata dia, juga masih dibahas di tingkat pimpinan dan partai koalisi.

"Semuanya aspirasi, itu yang akan dibicarakan pada tingkat komunikasi antarpimpinan partai karena memang untuk capres itu kan dicalonkan oleh parpol atau gabungan parpol yang memenuhi 20 persen Presidential Threshold," kata Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Hidayat enggan berbicara lebih banyak mengenai wacana tersebut. Dia hanya menegaskan bahwa partainya akan menghadirkan calon presiden selain Presiden Joko Widodo (Jokowi) walaupun bukan Prabowo Subianto.

"Keseriusan PKS adalah keseriusan menghadirkan calon yang baru di luar dari Pak Jokowi. Siapakah dia, yah itu harus dibicarakan dengan mitra koalisi yang memungkinkan kita mencalonkan," ungkapnya.

Diketahui, sinyal Anies Baswedan bakal ikut kontestasi Pilpres 2019 kian kuat. Rencana itu dibuktikan dalam pertemuan Prabowo Subianto dengan ketua tim pemenangan Gerindra, Sandiaga Uno di Kertanegara, Kamis, 5 Juli 2018. Salah satu topik pembahasannya mengenai peluang Anies.

3 dari 3 halaman

Anies Kaget

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku kaget mendengar namanya disandingkan dengan berberapa tokoh untuk maju Pilpres 2019. Namun, dia enggan berkomentar lebih lanjut mengenai simulasi namanya dalam pilpres.
 
"Saya juga kaget. Kemarin itu sampai empat nama, empat muncul. Tapi gini deh, saya jangan komentar dulu sekarang," kata Anies usai bertemu Ketua MPR Zulkifli Hasan di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/7/2018).
 
Anies merasa belum waktunya berkomentar selama belum ada wacana yang pasti mengenai pencalonan dirinya sebagai capres ataupun cawapes. Dia menganalogikan ajakan Pilpres dengan panggilan azan. 
 
"Gini. Jangan salat sebelum azan mulai. Belum ada azan kok udah salat," ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.
 
Anies mengatakan, Pilpres adalah domain dari partai politik, sedangkan dia masih ingin fokus mengurus Jakarta. 
 
"Menurut saya itu adalah wilayah pimpinan partai. Saya bagian bekerja dulu di Jakarta dan kita lihat nanti perkembangannya seperti apa," tandasnya. 
 
Nama Anies memang sering disandingkan dengan beberapa tokoh. Di antaranya dengan Prabowo Subianto, Agus Harimurti Yudhoyono, hingga Jusuf Kalla. 
 
 
Saksikan video pilihan di bawah ini: