Liputan6.com, Jakarta - Pemuka agama di Indonesia menyatakan keprihatinan terhadap dinamika politik nasional. Saat ini di media sosial dipenuhi dengan ujaran kebencian, penghinaan terhadap sesama, dan penonjolan kepentingan politik sektarian.
Berbagai pemuka agama pun menyampaikan sikap terhadap fenomena tersebut. Seperti yang dibacakan, Pendeta Jacklevyn Frits Manuputty selaku Asisten Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP).
"Kami pemuka agama menyampaikan keprihatinan mendalam atas suasana demikian, dan mengkhawatirkannya dapat menimbulkan benih permusuhan yang membawa perpecahan bangsa," kata dia saat konferensi pers di Gedung CDCC, Selasa 10 Juli 2018.
Advertisement
Jacklevyn menyerukan kepada segenap keluarga besar bangsa untuk mengubah hubungan antarsesama yang bersifat dialektik (mengandung pertentangan) tersebut menjadi hubungan yang bersifat dialogis.
"Yakni cenderung memusyawarahkan perbedaan pandangan politik dengan penuh rasa persaudaraan demi keutuhan dan kemajuan bangsa," ungkap dia.
Jacklevyn melanjutkan, jangan perbedaan pandangan politik memutuskan silaturahmi kebangsaan. Selain itu agar menyadari demokrasi adalah cara beradab dalam memilih pemimpin.
"Memesankan kepada segenap keluarga bangsa perlunya membudayakan demokrasi berkeadaban," ujar dia.
Menurut dia, penonjolan identitas kelompok dalam berpolitik adalah absah selama hal tersebut tidak menghina kelompok lain, dan tidak menimbulkan sektarianisme politik ekstrem yang menegasi kelompok Iain.
"Tapi meletakkan perjuangan politik demi kepentingan bangsa secara bersama-sama," ujar dia.
Terakhir, memesan kepada seluruh masyarakat mengamalkan demokrasi tetap dapat menampilkan aspirasi dalam semangat berlomba dalam kebaikan dan keadaban.
"Terlalu mahal harga yang harus dibayar bangsa jika demokrasi membawa tragedi," ujar membacakan sikap para pemuka agama.
Keprihatinan
Sementara itu, Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin menjelaskan, itulah pesan para pemuka agama untuk bangsa.
Menurut dia, sangat jelas titik keprihatinan dari para pemuka agama yang sebenarnya sudah sering dibicarakan yaitu tentang wacana kehidupan nasional.
"Kami nilai sangat bersifat dialektik dalam arti mengandung pertentangan. Penuh ujaran kebencian, penghinaan terhadap sesama, ada pendegrasian harkat martabat manusia sebagai ciptaan tuhan seperti dalam label kebinatangan," tandas Din.
Beberapa perwakilan yang menyatakan pendapatnya yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Koferensi Waligereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Drama Indonesia (PHDI), Perhimpunan Majelis Agama Buddha Indonesia, dan Majelis Tinggi Agama Khonghuchu Indonesia (Matakin).
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement