Liputan6.com, Jakarta - Peternak sapi perah di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari rendahnya produktivitas ternak, rendahnya kualitas susu, terbatasnya pengetahuan tentang praktek peternakan sapi perah yang baik, hingga terbatasnya akses terhadap pembiayaan terjangkau untuk meningkatkan populasi ternak dan sarana pemeliharaannya.
Dalam konteks pendanaan, pengelolaan bisnis, dan peningkatan pengetahuan, peternak sapi perah juga sangat bergantung pada koperasi susu segar yang juga menghadapi tantangan serupa.
Baca Juga
Saat ini, koperasi masih menghadapi keterbatasan kapasitas dalam pengelolaan peternakan dan kesehatan hewan, model bisnis dan tata kelola organisasi.
Advertisement
Oleh karena itu, Sarihusada Generasi Mahardhika, Danone Ecosystem, Yayasan Rumah Energi dan PRISMA sejak 2023 lalu telah menjalankan program kemitraan untuk meningkatkan produktivitas peternak sapi perah rakyat dan koperasi susu segar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Provinsi Jawa Tengah dengan melakukan intervensi pada kedua pihak yaitu peternak sapi perah rakyat dan koperasi susu segar itu sendiri.
Untuk mengukur perkembangan program yang telah dijalankan, Sarihusada mengadakan lokakarya yang turut dihadiri pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait yang dilaksanakan pada Jumat 26 Juli 2024 di Yogyakarta.
"Adanya rencana program makan bergizi dan minum susu mendorong kita selaku insan peternakan dan kesehatan hewan untuk lebih kuat dalam usaha meningkatkan produksi daging, susu dan telur nasional," ujar Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) Agung Suganda melalui keterangan tertulis, Senin (29/7/2024).
Â
Produksi Susu Nasional Saat Ini
Agung menyebut, produksi susu nasional saat ini hanya mampu menyuplai 20% dari total kebutuhan susu nasional. Kondisi ini, kata Agung memang sudah berjalan cukup lama dan cenderung stagnan.
"Bahkan diperparah dengan adanya Kejadian wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menurunkan populasi ternak sapi perah sebanyak kurang lebih 10 persen dan produksi susu segar sebanyak kurang lebih 30 peresn. Untuk itu, pemerintah akan terus mempercepat perluasan kawasan pengembangan sapi perah nasional," terang dia.
Agung memaparkan, sebagai inisiatif untuk mendukung percepatan perluasan pengembangan sapi perah nasional, program kemitraan ini memiliki empat strategi besar.
Pertama, kata dia, meningkatkan kapasitas praktek peternakan sapi perah dan pengolahan susu segar, termasuk pengembangan bisnis terkait. Lalu kedua, lanjut Agung, menguatkan infrastruktur dalam peningkatan kualitas susu.
"Ketiga uji coba dan inovasi, termasuk regenerasi sapi perah dan pencatatan digital atas kuantitas/kualitas susu dan kesehatan ternak dan keempat aksi mitigasi dan resiliensi atas perubahan iklim melalui biogas dan penyediaan sarana air bersih," papar dia.
"Program kemitraan yang telah diadakan Sarihusada diharapkan secara nyata dapat berdampak baik terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam produksi susu sapi segar di daerah Daerah Istimewa Yogyakarta juga Provinsi Jawa Tengah," jelas Agung.
Â
Advertisement
Tingkatkan Kualitas Susu
Government and External Scientific Affairs Director Danone Indonesia Rachmat Hidayat menjelaskan, program pemberdayaan peternak dan koperasi ini bertujuan untuk meningkatkan pasokan juga kualitas susu yang masih terbatas, sejalan dengan upaya meningkatkan penghasilan keluarga peternak, termasuk meningkatkan keuntungan di rantai bisnis koperasi.
"Meski program ini masih terus berjalan hingga penghujung tahun 2025, namun dampak positif dari penerapan praktek peternakan sapi perah yang baik, termasuk pengobatan dan vaksinasi pasca wabah PMK, serta arisan sapi, telah terlihat diantaranya adalah peningkatan kadar protein susu sebesar 15,2% dari 2 koperasi yang didampingi. Keberhasilan program ini kedepannya tentu tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak," ucap dia.
Dalam lokakarya, dijelaskan bahwa dalam satu tahun penyelenggaraan program telah diadakan pelatihan dan penyuluhan yang lebih rutin yang berimbang dengan mempelajari teori juga mengadakan praktek langsung.
Sementara itu, Ketua Pengurus KJUB Puspetasari Joko Purnomo menjelaskan pihaknya merasakan cukup manfaat.
"Kami merasakan manfaat yang nyata lewat program ini, sebagai koperasi kami lebih memahami manajemen bisnis dan peternakan yang lebih tertata. Produksi susu juga mengalami peningkatan hingga 23% dengan kualitas yang juga lebih baik," terang dia.
"Kedepannya, kami juga terus berupaya meningkatkan produktivitas susu dengan menyediakan bibit sapi perah yang dikelola oleh koperasi di kandang pembesaran pedet. Kami juga akan fokus untuk melakukan pendampingan kesehatan ternak dan pengelolaan keuangan bagi peternak rakyat," jelas Joko.
Pastikan Peternakan Sapi Terkelola dengan Baik Tidak hanya fokus kepada aspek peningkatan produktivitas ternak dan koperasi, program ini juga turut memastikan terkelolanya dampak peternakan sapi perah rakyat terhadap perubahan iklim.
"Dengan pelatihan dan akses pembiayaan yang menarik, produksi susu yang ramah lingkungan pun dapat dilakukan melalui pembangunan biodigester, di mana sanitasi kandang turut terjaga," ucap Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi selaku mitra pelaksana program kemitraan bersama Sarihusada Sumanda.
"Sekaligus menjadi aksi mitigasi dan adaptasi atas perubahan iklim, dan sebaliknya pemanfaatan biogas ataupun bioslurry justru membantu praktek peternakan yang lebih efisien," tutup dia.