Liputan6.com, Lampung - Dalam sepekan terakhir, aktivitas Gunung Anak Krakatau di perairan Kalianda, Lampung Selatan, Lampung terus meningkat.
Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Senin (16/7/2018), beginilah aktivitas warga sekitar Gunung Anak Krakatau yang tinggal di Pulau Sebesi berjarak 10 kilometer atau 4 mil laut. Dalam dua pekan terakhir Anak Krakatau memang terus bergeliat.
Meski semburan debu panas dan letusan menurun dari pos pemantauan, gunung berapi itu masih tertutup kabut dan keluar semburan debu.
Advertisement
"Ini tidak seperti tahun lalu," kata Rohman, salah satu warga Pulau Sebesi.Â
Meski masih menggeliat, warga Pulau Sebesi yang merupakan kawasan terdekat dari Anak Krakatau tidak cemas dan tetap beraktivitas seperti biasa. Warga menganggap, dinamika gunung adalah hal biasa, karena abu vulkanik menjadi berkah yang dapat menyuburkan tanah.
Sabtu 14 Juli 2018 lalu, Gunung Anak Krakatau mengalami dua kali letusan dan mengeluarkan asap dengan ketinggian sampai 1.000 meter. Saat ini ketinggian asap hanya sekitar 300 meter. Gempa vulkanik juga sempat terjadi hingga 64 kali dan terakhir 32 kali.
Gunung Anak Krakatau masih mengeluarkan asap putih fumarol, statusnya pun masih waspada. Siapa pun dilarang untuk mendekati gunung yang pernah meletus pada tahun 2007 dan 2012.
Selain itu, dampak erupsi Gunung Anak Krakatau juga membuat pasokan ikan di dermaga pelelangan kosong. Ratusan nelayan di lampung selatan yang biasa berlayar malam hari tak berani melaut untuk mendekati sekitar Gunung Anak Krakatau. Padahal, di area itu ikan melimpah.
Nelayan khawatir jika mendekat akan terkena hembusan abu vulkanik yang panasnya mencapai 400 derajat celcius.
"Kalau towernya deket Krakatau pasirnya menumpuk," kata nelayan Dodi.
"Saya nggak berani mendekat," ujar nelayan Pandi.
Para nelayan hanya berani di sekitar pulau terdekat dari Gunung Krakatau tersebut, sehingga mereka bisa berlindung dari hempasan debu panas tersebut. Namun, ikan yang mereka dapat hanya ikan kecil-kecil. (Muhammad Gustirha Yunas)