Liputan6.com, Jakarta - Pengamat perkotaan Yayat Supriatna khawatir, besarnya trotoar di sepanjang Jalan Sudirman Jakarta, akan beralihfungsi sebagai lapak pedagang kaki lima (PKL). Apalagi, lalu lintas pejalan kaki di DKI Jakarta tak terlalu padat.
"Jadi bukan sekadar ada ruang pejalan kakinya, sekarang ini semua dibuat lebar, ini malah bisa menguntungkan PKL, ojek online (Ojol), kita harus antisipasi penyimpangan pemanfaatan ruas ruang lebar itu," kata Yayat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/7/2018).
Yayat mengatakan, pejalan kaki di sepanjang Jalan Sudirman Jakarta kebanyakan menuju perkantoran, halte bus, dan stasiun kereta. Namun, pelebaran trotoar kurang mengakomodir pengguna jalan tersebut.
Advertisement
"Saat orang (yang rata-rata) pekerja kantoran itu turun dan berjalan kaki, mereka harus ada tujuannya, misal ke halte Transjakarta, atau stasiun KRL, tapi yang saya lihat sekarang ruang di sana itu tidak terkoneksi dengan trotoar yang mengarah ke St Dukuh Atas," kata dia
Yayat menjelaskan, yang jadi persoalan kini adalah fungsi dari lebarnya trotoar itu sendiri. Dia berpendapat, ruang yang besar namun tak tepat guna adalah pemborosan lahan.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Polemik
Trotoar baru di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, mulai terlihat indah dengan adanya area hijau. Namun, di balik keindahannya, trotoar baru itu menyimpan polemik karena area hijau yang ditanami rumput menghalangi warga mengakses halte.
Pantauan Liputan6.com, Rabu (25/7/2018), di trotoar mulai dari Patung Jenderal Sudirman hingga Gedung Indofood, terlihat hanya ada dua titik celah pejalan kaki bisa naik atau turun dari transportasi umum, tanpa menginjak area hijau.
Seorang warga bernama Rohmat (32) mengaku, perbaikan trotoar dengan area hijau saat ini menjadi menyulitkan. Menurut dia, akses untuk naik atau turun dari kendaraan umum menjadi tak leluasa.
"Kalau di jam sibuk, kalau menunggunya di jalur pejalan kaki, antre gitu bisa kecolongan busnya, sudah padat. Kita jadi rebutan, jadi mau enggak mau nunggu di jalan raya saja," ujar dia.
Berbeda dengan Rohmat, Winda (27) menanggapi positif adanya rumput di depan trotoar yang menghalangi akses transportasi publik tersebut.
"Biar lebih rapi, naiknya enggak amburadul, jadi cuma satu titik saja," kata dia yang tengah menunggu Metro Mini di seberang Halte Transjakarta Dukuh Atas.
Advertisement