Liputan6.com, Jakarta - Dalam dua kesempatan berbeda, usai bertemu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dua kali pula Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyinggung kurang harmonisnya hubungan Demokrat dengan partai pendukung Jokowi. Menurut dia, hal itu merupakan pangkal musabab hambatan Demokrat berkoalisi mendukung Jokowi.
"Pak Jokowi juga berharap Demokrat di dalam (koalisi). Namun saya menyadari banyak sekali rintangan dan hambatan untuk koalisi itu," ujar SBY dalam jumpa pers usai bertemu Prabowo di kediamannya Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2018).
Baca Juga
Presiden ke-6 RI itu mengatakan, untuk membangun suatu koalisi, diperlukan kesepahaman dan pandangan yang sama. Hal itulah juga menjadi hambatan partainya berkoalisi dengan Jokowi.
Advertisement
"Untuk berkoalisi itu perlu iklimnya baik, kesediaan untuk saling berkoalisi juga, ada mutual trust, mutual respect. Itu yang jadi hambatan sekarang ini," jelas SBY.
Tak hanya soal visi, Presiden ke-6 RI ini menyoroti persoalan komunikasi yang jadi tantangannya. Yang jelas, SBY menegaskan tak punya masalah dengan Jokowi.
"Saya tidak mengatakan hambatan dengan Jokowi, tetapi ada hambatan dengan koalisi. Nah bisa ditafsirkan sendiri soal itu," kata SBY.
Usai bertemu Zulkifli Hasan, SBY baru secara terbuka mengungkapkan penyebab sulitnya Demokrat bergabung dengan koalisi Jokowi. Tiba-tiba saja, tanpa ditanya wartawan, SBY curhat. Â
Ia menuturkan beberapa kali menanyakan ke Jokowi penerimaan partai pendukung Jokowi bila Demokrat bergabung.
"Setiap bertemu Pak Jokowi, saya bertanya, apakah kalau Demokrat berada di koalisi, partai koalisi bisa terima kehadiran kami. Beliau menjawab 'ya bisa, karena presidennya saya'. Itu terus terang merupakan pertanyaan saya," ungkap SBY.
Di balik itu, ia rupanya masih khawatir dengan hubungannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Karena melihat realitas hubungan Ibu Mega (Ketua Umum PDIP) dengan saya belum pulih, jadi masih ada jarak, masih ada hambatan," kata SBY.
Hubungan keduanya merenggang sejak menjelang Pemilihan Presiden 2004. SBY yang menjabat Menko Polhukam di Kabinet Mega mengundurkan diri.
Dia kemudian maju menjadi calon presiden. Keduanya lantas bertarung di Pilpres 2004, dengan SBY keluar sebagai pemenang.
SBY berkali-kali berusaha mendinginkan hubungan dengan Megawati, termasuk dengan bantuan suami Mega, Almarhum Taufik Kiemas.
Saksikan video pilihan di bawah ini
Â