Sukses

Denyut Pasar Antik Jalan Surabaya yang Mulai Ditinggal Turis Mancanegara

Berdasarkan salah satu mantan pedagang yang kini menjadi koordinator pedagang di Jalan Surabaya, Ujang, saat ini memang mulai sudah mulai sepi.

Liputan6.com, Jakarta Nama Jalan Surabaya, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, mungkin tidak asing lagi. Jalan Surabaya memang sudah tenar sejak lama. Ketenarannya adalah menjadi tempat penjualan barang-barang antik. Namun, kini popularitas Jalan Surabaya kian meredup. Namanya juga mungkin termakan oleh waktu.

Berdasarkan salah satu mantan pedagang yang kini menjadi koordinator pedagang di Jalan Surabaya, Ujang, saat ini memang mulai sudah mulai sepi.

Ujang mengaku sudah berdagang di Jalan Surabaya sejak 1970 silam. Saat masih berjualan barang antik, dagangannya laris manis. Para pembeli dari luar kota ataupun luar negeri berdatangan.

"Dulu ramai banget lagi zaman Pak Harto (mantan Presiden). Jadi pengunjung itu luar dalam (negeri), sama orang kita," kata Ujang, saat berbincang dengan Liputan6.com di Jalan Surabaya, Jumat (27/7).

 

2 dari 4 halaman

Rombongan Lima Bus

Kala itu, menurut Ujang, sekali datang pengunjung bisa empat sampai lima bus. Tetapi kini, sudah tidak seperti itu lagi. Pernah ada yang datang banyak, tapi itu juga hanya menggunakan minibus.

Di kios seluas lebar 2 meter dan panjang 2,5 sampai 3 meter, para pedagang barang antik tetap setia berjualan. Mereka tidak membayar sewa lagi karena rata-rata langsung membeli kios masing-masing. Menurut Ujang, harga kios zaman dahulu itu hanya Rp 70 ribu saja.

"Dulu tahun 70 udah ramai, cuma belum kaya gini (bentuk kios), masih pakai peti-peti jualannya, naro (barang dagangan) enggak di kios, di perumahan dulu. Bangunannya udah milik pribadi, udah dibayarin dari dulu. Tapi itu bangunannya aja, kalau tanahnya enggak, hak DKI," ujar dia.

Ujang menyayangkan sepinya pembeli di tempat barang antik Jalan Surabaya. Dia mengaku rindu karena pernah mengantarkan barang pesanan ke para pelanggannya, seperti ke hotel-hotel.

 

3 dari 4 halaman

Sejak Teror Bom

Dia bercerita, pembeli di Jalan Surabaya, mulai sepi sejak kejadian bom di Hotel JW Marriot pada 2003 lalu. Ditambah lagi serangkaian peristiwa bom Bali pada 2002 dan 2005. Kemudian terakhir bom Thamrin 2016 yang semakin membuat sepi para turis datang ke Jalan Surabaya.

Meski begitu, tetap saja ada peminat barang antik yang datang. Walau tak seramai dulu, Ujang bersyukur masih ada pembeli yang datang mencari barang antik di Jalan Surabaya.

 

4 dari 4 halaman

Beragam Barang Antik

Ujang menunjukkan beberapa barang antik yang ada di kios dekatnya. Ada cangkir, sendok, teko, lampu-lampu dinding, hingga pajangan-pajangan antik.

Harganya pun bervariasi. Ujang mencontohkan yang termurah adalah sendok antik dibanderol dengan harga Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu satuannya.

Sedangkan barang-barang lain, harganya bervariasi. Mulai dari ratusan, hingga bahkan puluhan juta Rupiah.

"Barang termahal kalau yang udah kuno benar. (Yang mahal) misalnya lampu-lampu besar dua, tiga tingkat," kata Ujang.