Liputan6.com, Sragen: Menjamurnya hewan ternak pemakan sampah belum mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (29/10). Padahal, hewan tersebut berisiko terkena penyakit dan berbahaya apabila dagingnya dikonsumsi manusia.
Di Kecamatan Tangen, Sragen, misalnya. Para peternak biasa menggembalakan sapi-sapinya di tempat pembuangan akhir (TPA) di desa tersebut. Hewan-hewan itu menyantap sayuran busuk yang bercampur sampah-sampah yang mengandung zat kimia berbahaya.
“Di tempat seperti itu terdapat mercuri, kadmium, dan kobal, yang dapat merusak jaringan tubuh. Bila zat kimia itu dikonsumsi sapi, maka dagingnya menjadi berbahaya bila dikonsumsi manusia,” kata Kabid Keswan Sragen Mulyani.
Para penggembala ternak mengatakan, mereka sangat tergantung pada TPA di desanya. Bila truk-truk sampah tidak datang dalam satu atau dua hari, mereka kebingungan untuk mencari pakan sapi-sapinya.
Sejauh ini, pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen belum pernah menguji daging sapi pemakan sampah itu. Meski demikian, warga dihimbau untuk lebih waspada dan selektif dalam memilih hewan ternak.(SHA)
Di Kecamatan Tangen, Sragen, misalnya. Para peternak biasa menggembalakan sapi-sapinya di tempat pembuangan akhir (TPA) di desa tersebut. Hewan-hewan itu menyantap sayuran busuk yang bercampur sampah-sampah yang mengandung zat kimia berbahaya.
“Di tempat seperti itu terdapat mercuri, kadmium, dan kobal, yang dapat merusak jaringan tubuh. Bila zat kimia itu dikonsumsi sapi, maka dagingnya menjadi berbahaya bila dikonsumsi manusia,” kata Kabid Keswan Sragen Mulyani.
Para penggembala ternak mengatakan, mereka sangat tergantung pada TPA di desanya. Bila truk-truk sampah tidak datang dalam satu atau dua hari, mereka kebingungan untuk mencari pakan sapi-sapinya.
Sejauh ini, pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen belum pernah menguji daging sapi pemakan sampah itu. Meski demikian, warga dihimbau untuk lebih waspada dan selektif dalam memilih hewan ternak.(SHA)