Liputan6.com, Jakarta - Kedekatan Presiden pertama RI Sukarno dengan Rusia, yang dulu bernama Uni Soviet, sudah tak diragukan lagi. Salah satu yang menjadi saksi sejarah adalah sebuah kamar yang pernah ditempati Sukarno di Wisma Indonesia, di Novokuznetskaya Ulitsa 12, Moskow.
Seperti barang-barang peninggalan Sukarno lainnya, kamar ini pun menyisakan banyak cerita misteri.
Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Wahid Supriyadi, yang sudah menempati Wisma sejak tiga tahun lalu, menceritakan tentang berbagai kisah misterius, seperti dipercaya kadang ada suara dari kamar tersebut.
Advertisement
Pada awal Agustus ini, kamar itu diperlihatkan oleh Dubes Wahid kepada Menteri Perencanaan Nasional Bambang Brodjonegoro, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, dan Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo. Mereka berfoto di kamar tersebut usai acara makan malam bersama menjelang Festival Indonesia ke-3 di Rusia.
Kamar itu masih terawat dengan baik, dan menjadi tempat penting sekaligus bersejarah di Wisma Indonesia di Moskow, Rusia.
Kini kamar itu menjadi saksi tekad para bupati dan menteri mempromosikan Indonesia di Rusia, melalui acara Festival Indonesia ke 3, yang digelar di Taman Krasnaya Presnya pada 3 -5 Agustus 2018.
"Tekad untuk mengangkat nama Indonesia di Rusia, sehingga terjadi bentuk kerja sama yang setara dan saling menguntungkan, memang sangat penting," demikian disampaikan Kedubes Indonesia di Rusia, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (4/8/2018).
Hubungan Diplomatik Indonesia-Rusia
Rusia memiliki kedekatan khusus dengan Indonesia sejak Presiden Sukarno membuka hubungan diplomatik dengan Uni Soviet pada 3 Februari 1950. Nama Sukarno masih sangat dikenal dekat oleh banyak kalangan di Rusia.
"Untuk itu, diperlukan usaha terus menerus agar terwujud kerja sama yang secara optimal menguntungkan Indonesia," demikian pesan Menteri Bambang yang muncul pada acara Forum Bisnis Rusia Indonesia, di World Trade Center di Crown Plaza Hotel, 2 Agustus 2018.
Bambang yang memberikan kata sambutan dalam acara yang diikuti oleh para pengusaha Rusia tersebut, juga menegaskan pentingnya mengangkat kekuatan lokal masing-masing daerah di Indonesia.
Dalam acara ini, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, mempromosikan tekstil dan batik Pekalongan. Sementara Alexander Popov dari Dewan Bisnis Rusia dan Indonesia, menantang Bupati Pekalongan untuk membuka pusat usaha batik di Rusia.
Didi Suwondo, CEO Wijaya Infrastruktur Indonesia, yang hadir dalam acara itu, mengibaratkan orang Rusia seperti durian.
"Keras dan tajam di luar, tapi lembut dan membuat ketagihan di dalamnya," kata Didi yang juga sebagai Direktur Operasional Komite Indonesia Rusia.
Apa yang dikatakan Didi, memang benar adanya. Dalam acara forum bisnis tersebut, banyak ditemui orang Rusia yang lebih bisa berbahasa Indonesia dibanding bahasa Inggris. Mungkin itu juga yang diinginkan oleh Presiden pertama Indonesia, Sukarno, ketika membuka hubungan diplomatik dengan Rusia, yaitu untuk mendapatkan bagian 'daging durian' bukan 'kulit durian'.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement