Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Lombok kembali diguncang gempa hebat dalam sepekan. Gempa pertama terjadi pada Minggu, 29 Juli 2018 dengan kekuatan mencapai 6,4 SR. Seminggu setelahnya, gempa 7 SR kembali mengguncang kawasan tersebut.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan, secara tektonik Lombok memang kawasan seismik aktif. Lombok berpotensi diguncang gempa karena terletak di antara dua pembangkit gempa dari selatan dan utara.
Baca Juga
"Dari selatan terdapat zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Pulau Lombok, sedangkan dari utara terdapat struktur geologi Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrusting)," kata Daryono kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin 30 Juli 2018 lalu.
Advertisement
Dia menambahkan, sesar naik ini jalurnya memanjang dari laut Bali ke timur hingga laut Flores. Akhirnya, wilayah tersebut rawan diguncang gempa.
"Tidak heran jika Lombok memang rawan gempa karena jalur Sesar naik Flores ini sangat dekat dengan Pulau Lombok," kata dia.
Jika memperhatikan peta aktivitas kegempaan atau seismisitas Pulau Lombok, tampak seluruh Pulau Lombok banyak sebaran titik episenter. Artinya memang banyak aktivitas gempa di wilayah ini.
Meskipun kedalaman hiposenter dan magnitudonya bervariasi, jelas wilayah Lombok memang aktif gempa yang bersumber dari subduksi lempeng, Sesar Naik Flores, serta sesar lokal di Pulau Lombok dan sekitarnya.
"Sebaran seismitas ini pun cukup menjadi dasar untuk mengatakan bahwa Lombok memang rawan gempa," ucap dia.
Sering Diguncang Gempa
Catatan sejarah menunjukkan bahwa Pulau Lombok sudah sering terjadi gempa merusak. Yaitu pada 25 Juli 1856, kemudian 10 April 1978 dengan gempa 6,7 SR, dan pada 21 Mei 1979 dengan kekuatan 5,7 SR.
Selain itu, gempa juga terjadi pada 20 Oktober 1979 dengan kekuatan 6 SR. Gempa Lombok 30 Mei 1979 dengan 6,1 SR, dan 1 Januari 2000 berkuatan 6,1 SR, dan gempa Lombok pada 22 Juni 2013 dengan kekuatan 5,4 SR.
"Gambaran catatan sejarah gempa tersebut kiranya cukup untuk menilai bahwa Lombok memang rawan gempa," kata Daryono.
Kondisi alam semacam ini merupakan sesuatu yang harus diterima, sebagai konsekuensi yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng tektonik.
"Jalan keluarnya, kita harus terus meningkatkan kapasitas dalam memahami ilmu gempa bumi, cara selamat menghadapi gempa dan bagaimana memitigasi gempa bumi, agar kita selamat dan dapat hidup harmoni dengan alam," ucap Daryono.
Saksikan tayangan video menarik berikut ini:
Advertisement