Liputan6.com, Jakarta- Hanya dalam sepekan, dua gempa dahsyat mengguncang Lombok. Merenggut puluhan korban jiwa dan melukai ratusan orang.
Gempa Lombok pertama terjadi pada Minggu 29 Juli 2018 dengan kekuatan 6,4 skala Richter. Sedangkan gempa kedua mengguncang Lombok pada Minggu 5 Juli 2018.
Selain merenggut puluhan korban jiwa dan melukai ratusan orang, gempa Lombok juga merusak ribuan rumah. Warga pun terpaksa mengungsi.
Advertisement
Apa pemicu gempa Lombok dan bagaimana catatan sejarah gempa di Lombok? Simak dalam Infografis berikut ini:
Rawan Gempa
Tercatat ada 9 gempa mengguncang Lombok sejak 1856. Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, ini membuat Lombok memang rawan gempa.
Kondisi alam semacam ini, menurut dia, merupakan sesuatu yang harus diterima. Ini sebagai konsekuensi yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng tektonik.
"Jalan keluarnya, kita harus terus meningkatkan kapasitas dalam memahami ilmu gempa bumi, cara selamat menghadapi gempa, dan bagaimana memitigasi gempa bumi, agar kita selamat dan dapat hidup harmoni dengan alam," ucap Daryono.
Advertisement
Evakuasi dan Hoaks
Pascagempa Lombok, ribuan turis asing dan lokal dievakuasi dari Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno di Lombok Utara. Para turis memenuhi bibir pantai.
Jumlah kapal tidak memadai. Basarnas pun menambah jumlah kapal besar yang didatangkan dari Bali yang difungsikan untuk evakuasi.
Meski demikian Kepala Pusat Data Informasi (Pusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengimbau turis di tiga Gili tidak terprovokasi hoaks tsunami.
"Jadi diimbau untuk tenang, jangan terprovokasi hoaks soal tsunami. Isu pengosongan tiga pulau itu juga hoaks. Situasi di Gili aman dan normal," kata Sutopo.