Sukses

2 Hari Usai Gempa Lombok, Pengungsi Sulit Beli Makanan

Para pengungsi masih diliputi rasa ketakutan. Terlebih guncangan gempa susulan Lombok masih kerap menyapa mereka setiap saat.

Liputan6.com, Jakarta - Guncangan gempa Lombok menyisakan trauma yang mendalam bagi para korban. Mereka lebih memilih mengungsi ke tempat lebih aman ketimbang kembali ke rumah masing-masing.

Menurut penuturan warga yang tinggal di Jalan Pemuda, Mataram, Muhammad Nipari Darwis (21), para pengungsi masih diliputi rasa takut akibat gempa Lombok. Terlebih guncangan gempa susulan masih kerap menyapa mereka.

"Masih pada takut. Tadi malam gempa susulan," ujar Darwis saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (7/8/2018).

Dia mengungkapkan, aktivitas ekonomi masyarakat hingga kini masih lumpuh. Toko-toko atau warung-warung yang biasa menjual kebutuhan warga kini masih tutup. Bahkan, ada juga yang telah rata dengan tanah.

"Masih belom normal. Di sini toko enggak berani buka. Cari makan masih susah. Masih trauma," kata dia.

Untuk urusan logistik, para korban gempa Lombok mengandalkan bantuan dari para lembaga-lembaga kemanusiaan. Saat ini beragam jenis bantuan terus mengalir ke Lombok.

"Makanan tergantung dari bantuan," ucap Darwis.

2 dari 2 halaman

PMI Kirim Bantuan

Palang Merah Indonesia (PMI) ikut turun tangan menangani usai gempa berkekuatan 7,0 SR yang menerjang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada minggu malam, 5 Agustus 2018. Kiriman bantuan logistik menjadi salah satu prioritas.

Bantuan logistik untuk warga terdampak gempa Lombok berupa 2.000 selimut, 2.000 matras, dan 2.000 terpal. Total berat bantuan logistik sebesar 26 ton dan bernilai Rp 446 juta.

Pengiriman bantuan untuk korban gempa Lombok akan dilakukan dalam bertahap. Artinya, bantuan tidak dikirimkan dalam satu kali penerbangan. Bantuan awal dikirim Senin, 6 Agustus 2018 dengan menggunakan maskapai Citilink Indonesia.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini: