Liputan6.com, Jakarta Relawan menyebutkan sejumlah rumah adat yang berbahankan kayu di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, masih kokoh berdiri meski diguncang gempa tektonik 7 Skala Richter (SR).
Seperti rumah adat di Senaru dan Batu Layar, kata relawan Yayasan Lingkungan Tanpa Batas Indonesia yang diketuai Sri Mulyani, Indriyatno.
Baca Juga
Dosen Prodi Kehutanan Universitas Mataram itu menambahkan, masyarakat Lombok memiliki kearifan budaya lokal ketika hidup di sekitar 'ring of fire'. Namun hanya modernisasi membuat perubahan bentuk dan bahan rumah.
Advertisement
"Walaupun hidup di daerah bencana (rumah adat), mereka cukup dapat beradaptasi awalnya," kata Indriyatno seperti dikutip dari Antara, Minggu (19/8/2018).
"Justru teman saya seorang relawan dari Belgia yang menyadarkan pentingnya rumah ekologi di daerah rawan bencana," imbuh .
Terkait dengan biaya pembangunan rumah kayu itu, kata dia, jika dikombinasi dengan bambu, biayanya bisa lebih murah.
Ia memperkirakan biaya rumah kayu memakan biaya sekitar Rp 30 juta sampai Rp 40 juta. "Apalagi kalau pengerjaannya bergotong royong. Bisa untuk menata kampung sekaligus untuk tujuan destinasi wisata," jelas Indriyatno.
Kendati demikian, dirinya akan berkonsultasi dengan arsitek, yang mungkin lebih mengetahui besaran biayanya.
Bahkan relawan dari Belgia, ingin dibuatkan contoh rumah bambu di Senaru atau di Sembalun dalam waktu dekat untuk masyarakat di daerah tersebut.
Rumah adat di Lombok yang bertahan dari gempa tektonik itu, seperti Masjid Kuno Bayan dan Kampung Adat Bayan Timur dan Barat yang sama sekali tidak rusak terkena guncangan gempa.
Â
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan video menarik berikut ini: