Liputan6.com, Maracaibo - Krisis ekonomi berkepanjangan mendera Venezuela sejak empat tahun lalu. Bahkan, saat ini, negara kaya minyak di Amerika Selatan ini didera inflasi parah atau dikenal hiperinflasi.
Bermula pada 2014, ketergantungan Venezuela terhadap minyak seolah menjadi bumerang ketika harga minyak jatuh di pasar dunia. Alhasil, negara berpaham sosialis ini bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan pokok warganya, padahal dahulu royal memberikan subsidi.
Baca Juga
Infografis Prabowo Instruksikan Menkum Supratman Tinjau Ulang Seluruh UU dan Sederet Usulan RUU Prolegnas
Infografis Kamala Harris Vs Donald Trump di Pilpres AS 2024 dan Prediksi 7 Negara Bagian Kunci Kemenangan
Infografis Geger Oknum Pegawai Komdigi Bekingi Ribuan Situs Judi Online dan 9 Tips Hindari Judol
Mengutip AP News, Jumat, 24 Agustus 2018, warga Kota Maracaibo kini harus mengantre membeli daging yang tak layak konsumsi. Kulkas tidak berfungsi akibat listrik yang terus-terusan mati dalam sembilan bulan terakhir.
Advertisement
Kondisi Maracaibo cukup ironis, padahal kota ini dipandang sebagai Arab Saudi dari Venezuela. Dijuluki demikian lantaran persediaan minyak di daerah itu yang melimpah. Kekayaan minyak Venezuela membuat negara tersebut abai terhadap diversifikasi ekonomi.
Bagaimana awal mula krisis di Venezuela, sehingga berdampak pada lini kehidupan rakyatnya? Bisakah pemerintah negara sosialis itu mengatasinya? Simak Infografis berikut ini:
Â
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di sini
Langkah Sang Presiden
Alih-alih bergerak taktis, Presiden Nicolas Maduro Moros yang berkuasa sejak 14 April 2013 justru kerap menyalahkan pihak asing sebagai biang keladi masalah Venezuela. Belakangan, pemerintahannya mengeluarkan uang baru yang disebut Bolivar Soberano (Bolivar Sovereign atau Bolivar Berdaulat).
Dalam uang baru itu, angka nol dikurangi lima. Jadi, 1.000.000 bolivar hanya menjadi 10 bolivar di uang baru. Namun, uang lama dan uang baru masih sama-sama beredar sampai waktu yang belum ditentukan.
Strategi pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk menahan laju inflasi memberikan masalah baru. Rakyat Venezuela mengaku kebingungan seiring kebijakan pengurangan lima nol dalam nilai mata uang (redenominasi) bolivar.
Sebagai catatan, dalam nilai uang lama, harga barang di Venezuela bisa mencapai jutaan bolivar. Ambil contoh sabun yang mencapai 3,5 juta bolivar atau setara Rp 205 ribu. Atau popok seharga 8 juta bolivar atau Rp 470 ribu (1 bolivar = Rp 0,059).
Â
Advertisement
Warga Venezuela Eksodus
Krisis berkepanjangan membuat banyak warga Venezuela berbondong-bondong keluar dari negaranya. Negara-negara lain di kawasan yang menjadi tujuan masyarakat Venezuela antara lain Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Peru.
Negara-negara tersebut pun berjuang hadapi arus pendatang dari Venezuela. Ratusan ribu masyarakat telah melakukan perjalanan ke Kolombia dan Ekuador, serta banyak yang menuju lebih jauh ke selatan Peru dan Chile.
Selama tiga tahun terakhir, sekitar 3.000 orang Venezuela memasuki Kolombia setiap hari. Negara itu memberikan tempat tinggal sementara kepada lebih dari 800 ribu orang. Sedangkan Pemerintahan Peru menuturkan, sekitar 20 ribu orang Venezuela memasuki negara tersebut pada pekan lalu. (Tommy Kurnia dan Agustina Melani/Liputan6.com)