Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta polemik penolakan ceramah Ustad Abdul Somad (UAS) di berbagai daerah dihentikan. Jika memang masih ada penilaian berbeda terhadap cara dakwah Abdul Somad, solusinya perlu diselesaikan dengan cara musyawarah.
Ketua Pengurus Harian PBNU Robikin Emhas mengatakan, kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas untuk mengajak manusia agar mengenal Tuhan dengan lebih baik.
Sehingga dapat membangun hubungan secara vertikal dengan benar. Kegiatan dakwah juga dijamin oleh konstitusi.
Advertisement
"Saya berharap, jika di masyarakat terdapat perbedaan pendapat mengenai aktivitas dakwah, selesaikan dengan musyawarah. Hindarkan penggunaan kekerasan dalam mengelola perbedaan," jelas Robikin di Surabaya, Selasa (4/9/2018).
Meski demikian, lanjut Robikin, seorang pendakwah juga perlu memperhatikan kaidah dan etika. Jangan sampai kegiatan dakwah itu menimbulkan permasalahan dan dapat mengancam kerukunan antar umat beragama.
"Yakni (dakwah) dilakukan dengan lemah lembut dan bijaksana, mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. Dalam bingkai keindonesiaan, selayaknya materi dakwah yang disampaikan juga dapat memupuk dan menumbuhsuburkan semangat nasionalisme," ujar Robikin seperti dilansir dari JawaPos.com.
Dia mengingatkan bahwa sejatinya seluruh masyarakat beragama di Indonesia masih bersaudara.
"Harus diingat, andai ada yang merasa tidak dapat dipersatukan oleh semangat nasionalisme dan agama yang sama misalnya, toh kita tetap saja bersaudara. Saudara sesama manusia. Bukankah kita adalah segaris seketurunan dari Adam," tegas Robikin
Â
Pengakuan Abdul Somad
Sebelumnya, Abdul Somad melalui akun Instagram @ustadzabdulsomad pada Minggu, 2 September 2018 menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat, karena membatalkan tausiahnya di beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta.
Pembatalan tersebut dilakukan lantaran adanya ancaman dan intimidasi terhadap kegiatan tersebut.
Hanya saja, dai yang biasa disapa UAS tidak menyebut dari mana dan seperti apa bentuk ancaman dan intimidasi yang diterimanya itu.
Dia hanya menyebut, ancaman dan intimidasi ditujukan terhadap tausiah di beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti Grobogan, Kudus, Jepara, dan Semarang.
Dengan pertimbangan beban panitia, kondisi psikologis jemaah dan dirinya, maka UAS memilih membatalkan tausiah yang rencananya akan dilakukan di Malang, Solo, Boyolali, Jombang, Kediri, dan Yogyakarta.
Â
Â
Baca Berita Menarik JawaPos.com Lainnya di Sini
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â
Advertisement