Liputan6.com, Jakarta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, berpandangan bahwa dalam masa kampanye Pemilu 2019 yang dimulai pada 23 September 2018 dan berakhir pada 14 April 2019 nanti lebih memperbanyak metode kampanye dalam bentuk dialogis. Ia menuturkan bahwa harapan besar dari bentuk kampanye, yaitu bagaimana bisa meningkatkan kecerdasan masyarakat berpartisipasi untuk berdemokrasi yang lebih beretika dan bermartabat.
Tjahjo, menambahkan, KPU sebagai penyelenggara bisa lebih memberikan ruang kampanye dialogis, baik partai politik, Tim Sukses, calon legislatif dan pasangan calon presiden dan wakil presiden dengan konsituen atau masyarakat.
"Kampanye dialogis memberikan ruang yang lebih strategis dan efektif sebagai ajang adu gagasan, adu konsep, adu program dibandingkan dengan yang sifatnya hanya mengumpulkan massa sembari disuguhkan tontonan dan hiburan belaka", tutur Tjahjo Kumolo di Jakarta, Sabtu (8/9).
Advertisement
Kampanye efektif adalah kampanye dialog, para calon pemilihnya nantinya akan memiliki rasa kedekatan dari hati ke hati, membangun sikap dan pilihan politik yang lebih rasional, ujarnya.
Dari aspek biaya kampanye dialogis lebih murah, dan lebih efektif serta membangun narasi - narasi gagasan yang bersifat dua arah.
"Prinsipnya berkampanye secara cerdas dan bermartabat hindari unsur SARA, ujaran kebencian, hoax, fitnah serta politik uang. Masyarakat harus lebih cerdas lagi berdemokrasi," pungkas Tjahjo.
Â
(*)