Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) sedang melakukan pembangunan infrastruktur di Kawasan Strategi Nasional (KSN) Danau Toba guna mengembangkan sektor pariwisata. Salah satu pembangunan yang dilakukan adalah akses menuju Danau Toba, baik jalur darat maupun udara.
Jalan tol Medan-Siantar menjadi jalur darat yang dapat menghubungkan wisatawan dari Medan dan Bandara Kualanamu ke Siantar. Keberadaan jalan tol ini dapat mempersingkat waktu perjalanan ke Danau Toba, yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu enam jam sekarang cukup tiga atau empat jam saja.
Selain membangun infrastruktur, KemenPUPR juga sedang menata kawasan danau untuk menggali lebih banyak potensi wisata alam, air, jembatan, air bersih dan sanitasi, serta penataan rumah untuk jadi tempat wisata etnis. Untuk itu, Kementerian PUPR segera melakukan segala upaya yang dilakukan untuk memperlancar penataan itu, termasuk mengatasi persoalan yang ada di sekitar kawasan itu.
Advertisement
Salah satu permasalahan yang ingin diatasi adalah memburuknya kualitas air danau dan penurunan debit air akibat keberadaan Kerambah Jaring Apung (KJA) di sekitar perairan danau. Karena itu, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) KemenPUPR segera melakukan penataan serta sosialisasi kepada petani dan pemilik kerambah.
"Harus diatur betul. Kita ingin mengembalikan Danau Toba seperti semula, dengan kondisi air yang baik, supaya orang mau mandi di danau. Dirjen SDA Kementerian PUPR sudah melakukan penelitian dan melihat kadar air danau, hasilnya kurang baik, salah satu penyebabnya adalah kerambah," ujar Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, dalam keterangan rilisnya.
Melihat fenomena tersebut, maka tema yang dipilih untuk Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) adalah Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim Ekstreem dan Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Era Digital. Dalam forum ini, para ahli dan semua pihak pengguna sumber daya air nasional dapat berinteraksi dan bekerja sama melakukan penelitian.
"Forum ini menjadi media komunikasi profesi dalam rangka meningkatkan kapasitas dan tanggungjawab keilmuan untuk menghadapi tantangan saat ini dan masa depan," ujar Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan, Makmur Ginting.
Makmur menambahkan, pertambahan jumlah penduduk, perubahan tata guna lahan, percepatan pembangunan infrastruktur, dan perubahan iklim ekstrem merupakan tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya air dunia, termasuk Indonesia.
"HATHI adalah salah satu organisasi profesi yang ikut bertanggungjawab memberikan sumbangan pemikiran atas penyelesaian masalah tersebut," ucap Ketua Hati Cabang Sumatera Utara, Roy Panagom Pardede.
Sementara itu, Ketua Umum HATHI, Imam Santoso, mengatakan bahwa garis besar kebijakan dan program kerja HATHI periode 2016-2019 adalah meningkatkan profesionalisme tenaga ahli hidraulik Indonesia yang berdaya saing internasional, mendorong dan meningkatkan peran serta anggota HATHI dalam pengelolaan SDA secara terpadu dan berkelanjutan, serta berpartisipasi dalam mencapai tujuan Nawacita.
(*)