Liputan6.com, Jakarta Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal kecukupan air. Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), Hari Suprayogi, Indonesia masih memerlukan banyak tampungan air untuk keperluan air irigasi yang berkontribusi bagi kebutuhan pangan.
Indonesia juga membutuhkan tampungan air untuk memenuhi kebutuhan air minum sampai akhir 2019 dan tambahan air baku hingga 128 m3/detik.
"Salah satu tantangan besar bagi Indonesia adalah bagaimana memenuhi kebutuhan air tersebut di dalam situasi anggaran pembangunan yang terbatas. Karena itu, meningkatnya tuntutan pembangunan infrastruktur sumber daya air seperti bendungan dan embung, harus diikuti dengan langkah-langkah efektif dan efisien," ujar Hari.
Advertisement
Perubahan iklim yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir akibat cuaca ekstrem dan bencana telah berdampak terhadap infrastruktur sumber daya air. Karena itu, semua pihak setuju bahwa pembangunan infrastruktur SDA sangat diperlukan, misalnya dengan pembangunan 65 bendungan selama periode 2015-2019.
Pembangunan tersebut akan memberikan tambahan volume air sebesar 2,3 miliar meterkubik, sehingga total kapasitas waduk menjadi 14,4 miliar meterkubik.
"Dengan merencanakan pembangunan lebih tepat sasaran, maka manfaat pembangunan infrastruktur SDA akan langsung dan lebih dinikmati pihak yang membutuhkan. Pemanfaatan air yang selama ini kita catat, lebih dari 85 persen digunakan untuk kebutuhan pertanian, sekitar 4 persen untuk kebutuhan industri dan sekitar 11 persen untuk konsumsi domestik," ucap Hari.
Pemenuhan kebutuhan air industri yang semakin besar, imbuhnya, tentu berbeda dari menjawab kebutuhan air baku domestik dan air untuk pertanian. Prioritas pemenuhan air untuk industri bisa dilakukan misalnya dengan pengembangan teknologi daur ulang air dan limbah.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah konservasi, yaitu meningkatkan budaya hemat air. Penerapan kebijakan dan pemanfaatan teknologi sumber daya air diarahkan untuk mendorong penggunaan air lebih sedikit dan pencegahan polusi. Misalnya, kebijakan di bidang irigasi untuk pertanian, yaitu penggunaan irigasi tetes yang dapat meningkatkan efisiensi irigasi dari 50 persen hingga 95 persen.
Dalam hal perubahan iklim dan peristiwa alam, Hari menyampaikan rasa duka dengan rentetan gempa yang menimpa Lombok. Namun dari segi infrastruktur SDA, dia bersyukur karena ketahanan infrastruktur SDA cukup teruji dan tidak mengalami kerusakan parah. Hal ini menjadi pengingat untuk antisipasi ke depan untuk lebih meningkatkan ketahanan infrastruktur, termasuk pemulihan fungsinya yang rusak.Â
"Tahun ini, Presiden Jokowi mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 410,4 triliun untuk pembangunan infrastruktur, lebih dari Rp 37 triliun menjadi tanggungjawab Dirjen SDA. Saya mohon dukungan agar kami amanah mewujudkan pembangunan infrastruktur SDA di era digital ini dengan lebih efektif dan efisien," kata Hari.
Â
Â
(*)