Liputan6.com, Jakarta - Gong pembuka kampanye Pilpres 2019 baru ditabuh akhir pekan lalu, tapi masing-masing kubu sudah saling intip kelemahan gagasan lawan. Visi misi lawan dipelototi untuk mencari ramuan serangan yang pas.
Timses Jokowi-Ma'ruf Amin mengawali pertarungan terbuka adu gagasan ini. Selasa (25/9/2018) lalu, Wakil Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding melontarkan kritik terhadap visi misi Prabowo-Sandiaga.
"Visi misi Pak Prabowo-Sandiaga ini jauh lebih pendek. Ya artinya tidak lengkap. Sementara visi misi Pak Jokowi jauh lebih lengkap dan menyeluruh atau komprehensif," ucap Karding di Posko Cemara, markas timses.
Advertisement
Kubu Prabowo-Sandiaga menanggapi santai serangan itu. Juru Bicara Keduanya, Faldo Maldini, mengapresiasi perhatian kubu Jokowi.
"Pesan saya, jangan sampai fokus ke kita malah kesannya enggak fokus mewujudkan visi misi mereka," katanya kepada Liputan6.com.
Ia menjelaskan, visi misi Prabowo-Sandiaga memang dibuat dengan sederhana. Tapi, gagasannya merangkum semua keresahan masyarakat.
Untuk meramunya kubu Prabowo butuh waktu panjang. Semua usulan dari partai pendukung dihimpun. Kemudian ada tim khusus perwakilan tiap partai yang menajamkan visi misi.
Prosesnya melalui grup diskusi yang melibatkan banyak kalangan, termasuk para praktisi dan akademisi. Jadilah visi misi yang menurut Faldo sederhana tapi padat.
"Einstein bilang, orang jenius bukan orang yang ribet, simpel tapi bisa menjelaskan apa yang ingin kita tuju kepada orang lain dengan sederhana," ucap Faldo.
Tujuannya, kata dia, agar masyarakat bisa menerimanya dengan mudah. Bagaimanapun visi misi harus bisa menggaet publik untuk tertarik dengan pasangan calon dalam Pilpres 2019.
Realitas itu juga disadari Kubu Jokowi. Bagi Abdul Kadir Karding, visi misi kandidat sangat penting. Dari kacamata kepentingan jangka pendek pemenangan pilpres, visi misi akan dikapitalisasi untuk meraup dukungan. Menurut Sekjen PPP itu, visi misi mencerminkan janji Jokowi-Ma'ruf.
"Kira-kira kalau Pak Jokowi berkuasa, saya sebagai masyarakat apa untungnya. Apakah saya berubah menjadi lebih sejahtera, apakah daerah saya jadi lebih maju, apa kebutuhan untuk hidup saya menjadi lebih baik," Karding berujar.
Ia menuturkan, kubunya berusaha mengemas visi misi agar bisa menyentuh kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, visi misi akan punya daya tarik.
Yang pasti, Karding sadar visi misi yang ditawarkan tak akan langsung mengena ke semua kalangan. Kalangan pedesaan, menurutnya, akan lebih sulit 'dirayu' dengan visi misi.
"Cuma tahapannya berbeda karena jangkauan, dan cara kita berkomunikasi sangat terbatas," ia menjelaskan kepada Liputan6.com.
Karena itu, visi misi Jokowi-Ma'ruf utamanya ditujukan untuk membidik kelompok masyarakat lain, yakni milenial, kelompok perempuan, pemilih pemula, dan kalangan terpelajar.
Saksikan video terkait Pilpres 2019 itu:
Masih Normatif
Peneliti Politik Saiful Mujani Research and Consulting, Djayadi Hanan, punya pandangan berbeda. Ia menilai visi misi capres-cawapres tak akan berdampak banyak pada preferensi pemilih. Yang paling digarisbawahinya tak ada diferensiasi signifikan visi misi kedua pasangan calon.
Dalam tataran visi misi, Jokowi maupun Prabowo menawarkan hal yang serupa. Bedanya hanya cara masing-masing membahasakannya dalam teks.
"Kalau kita bandingkan kurang lebih sama, normatif semua. Dan itu tidak signifikan bagi pemilih," kata dia kepada Liputan6.com.
Menurut Djayadi, visi misi akan berpengaruh besar pada selera pemilih bila memang terdapat perbedaan yang besar antarcalon. Sayangnya, hal itu tidak ditemukan dalam apa yang Jokowi dan Prabowo tawarkan.
Dalam kondisi demikian, kalau pun visi misi berpengaruh, efeknya hanya berdampak pada kelompok kecil. Tak bisa dinafikan pemilih di Indonesia terbagi menjadi tiga: pemilih "yang pokoknya Jokowi", pemilih "yang pokoknya Prabowo" dan pemilih yang belum menentukan sikap.
Golongan ketigalah, menurut Djayadi, yang paling memungkinkan masih 'terpengaruh' visi misi yang ditawarkan Jokowi maupun Prabowo. Hanya saja, visi misi saja masih belum cukup.
Djayadi menilai, bagaimana masing-masing kandidat menerjemahkan visi misi secara kongkret akan lebih menentukan. Yang paling penting bagi Jokowi, menurut lulusan Ohio State University ini, bagaimana publik menilai kinerjanya selama memerintah.
Sementara, yang ditunggu publik dari Prabowo adalah solusinya menuntaskan permasalahan yang belum bisa diatasi Jokowi. Ia mencontohkan isu yang kerap dijual Prabowo-Sandiaga soal nilai tukar rupiah yang anjlok terhadap dolar.
"Solusinya apa? Bisa dikontrol? Bagaimana caranya," Djayadi berujar.
Direktur Eksekutif SMRC ini mengatakan, masyarakat akan fokus pada isu-isu spesifik yang akan dijanjikan pasangan calon. Ia menyoroti persoalan ekonomi, keamanan, hukum, perdamaian dunia, lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain.
Advertisement
Membandingkan Visi Misi Jokowi Vs Prabowo
Sejumlah visi misi disiapkan oleh Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga. Adapun visi dari pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin ialah "Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong".
Sedangkan visi Prabowo-Sandi, "Terwujudnya Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang adil, makmur bermartabat, relijius, berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian nasional yang kuat di bidang budaya serta menjamin kehidupan yang rukun antar warga negara tanpa memandang suku, agama, latar belakang sosial dan rasnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945".
Setidaknya ada benang merah kesamaan visi misi keduanya yang bisa diperbandingkan.
1. Jokowi Peningkatan Kualitas Indonesia, Prabowo Bangun Ekonomi
Capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin mempunyai sembilan misi yang akan dikampanyekan kepada rakyat. Misi yang pertama adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia.
Sementara misi pasangan Prabowo-Sandi memiliki lima misi yaitu, pertama membangun perekonomian nasional yang adil, makmur, berkualitas, dan berwawasan lingkungan dengan mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia melalui jalan politik-ekonomi sesuai Pasal 33 dan 34 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Prabowo Bangun Masyarakat Cerdas, Jokowi Ekonomi Produktif
Misi kedua pasangan Prabowo-Sandi yaitu membangun masyarakat Indonesia yang cerdas, sehat, berkualitas, produktif, dan berdaya saing dalam kehidupan yang aman, rukun, damai, dan bermartabat serta terlindungi oleh jaminan sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi.
Sedangkan misi kedua Jokowi-Ma'ruf Amin ialah struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. Ketiga, pembangunan yang merata dan berkeadilan. Keempat, mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan. Kelima, kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
3. Jokowi Penegakan Hukum, Prabowo Hukum yang Transparan
Misi Jokowi-Ma'ruf Amin keenam adalah penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
Sedangkan Prabowo-Sandi, membangun keadilan di bidang hukum yang tidak tebang pilih dan transparan, serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui jalan demokrasi yang berkualitas sesuai dengan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Prabowo Bangun Nilai Luhur, Jokowi Perlindungan Seluruh Warga
Misi keempat Prabowo-Sandi adalah membangun kembali nilai-nilai luhur kepribadian bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, dan bersahabat, yang diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Sementara misi ketujuh Jokowi-Ma'ruf Amin yaitu perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga. Untuk misi kedelapan, pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya.
5. Jokowi Sinergi Pemda, Prabowo Bangun Sistem Pertahanan
Misi terakhir dari pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin ialah sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
Untuk Prabowo-Sandi yakni membangun sistem pertahanan dan keamanan nasional secara mandiri yang mampu menjaga keutuhan dan integritas wilayah Indonesia.