Sukses

Hari Ke-5 Balinale Diwarnai Pemutaran Film Pendek Asal Indonesia

Hari ke-5 festival film internasional Balinale diwarnai dengan rangkaian pemutaran sejumlah film pendek, tak terkecuali yang berasal dari indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki hari kelimanya, Bali International Film Festival (Balinale) 2018 diwarnai dengan penayangan sejumlah film pendek dari beberapa negara, termasuk juga Indonesia.

Mengutip situs Balinale, beberapa film pendek berkisah tentang kehidupan di Bali di antaranya “Manah” yang bercerita tentang hidup seorang anak lelaki yang tumbuh menjadi seorang pejudi sabungan, dan “Ubud” yang mengangkat kisah tentang permasalahan antara seorang supir asal Ubud dan dua penumpang asing.

Ada pula “Sepatu” karya Richard James Halstead dan Irfan Thamrin, serta “Whale Watching” karya Joseph J.U. Taylor dan Sarah Mühlhause. Selain itu, ada juga film pendek Indonesia kategori fresh voices di antaranya “Dalang Sembroli”, “Hitlove”, “Jiwa”, “The Veil”, “Unbalanced Corner”, dan “Trunyan, Beyond The Lake”.

Beberapa film pendek internasional juga turut diputar, antara lain “1000GESTALTEN” dari Jerman, “Trace of The Brush: The Heart Print of Fu Shen” dari AS, “Deer Boy” asal Polandia, “Mermaids and Rhinos” asal Hungaria, “Les Miserables” asal Perancis, “Retouch” asal Iran, “Stranger” asal New Zealand, dan “The Dress of Myriam” asal Brazil.

 

2 dari 2 halaman

Film Dokumenter Indonesia

Selain film pendek, sejumlah film documenter Indonesia juga ditayangkan. Film “Semua Sudah Dimaafkan Sebab Kita Pernah Bahagia” salah satunya, mengisahkan hidup Leon Agusta, seorang penyair, aktivis budaya, dan dramawan yang karyanya didasari dari kepahitan tragedi, pengkhianatan, dan cinta.

Dokumenter lain yang juga mengisahkan tentang sosok seseorang adalah “Confidential”. Film karya Oka Sudarsana tersebut bercerita tentang Gede Kamajaya yang menuntut haknya untuk mendapat hasil ujian perekrutan PNS kepada institusi pendidikan di Bali.

Sejumlah dokumenter lainnya mengangkat tema budaya dan multikultural. Sebut saja dokumenter “Banda The Dark Forgotten Trail” tentang semangat nasionalisme dan identitas multicultural yang lahir pada masa penjajahan Belanda di Banda, atau “Toitet Sagu” tentang momen antara seorang pria asal Mentawai dan ayam-ayamnya di hutan.

 

Penulis: Felicia Margaretha