Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membenarkan adanya tsunami setinggi 6 meter yang menerjang Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah. Hal itu dikuatkan dengan adanya warga yang berupaya menyelamatkan diri dengan menaiki pohon kelapa.
"Kami dapat laporan tadi ada orang yang menyelamatkan orang dengan naik ke pohon yang tingginya hampir 6 meter," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).
Sebab itu, BNPB masih terus berkoordinasi dengan para ahli tsunami agar dapat melakukan pendataan valid. Termasuk meneliti faktor penyebab agar dapat menjadi bahan evaluasi di masa yang akan datang.
Advertisement
"Tentu juga akan menjadi terkait dengan tata ruang di Kota Palu dan Donggala," jelas dia.
Saat ini petugas gabungan masih berupaya melakukan evakuasi, baik secara manual maupun menggunakan alat berat untuk mencari para korban. Sejauh ini, keseluruhannya masih dalam proses pendataan dan pembaharuan jumlah dan identitas korban.
"Belum semuanya korban yang ditemukan teridentifikasi di RS. Tim DVI Polri masih terus melakukan proses identifikasi. Baru sebagian. Dari 141 orang dilaporkan baru sekitar 56 yang berhasil diidentifikasi Polri. Jadi, proses evakuasi masih terus dilakukan," Sutopo menandaskan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kesaksian Bocah 8 Tahun
Wakil Komandan Zeni Bangunan, Mayor Edy Harahap, menceritakan saat mengevakuasi puluhan jenazah korban tsunami, dia bertemu dengan seorang anak berusia 8 tahun.
"Ada anak kecil 8 tahun yang masih hidup cerita, 'Tinggi komandan, sekitar hampir 6 meter itu,'" cerita Mayor Edy kepada Liputan6.com, Sabtu (29/9/2018).
Edy memaparkan bahwa ombak pertama yang masuk ke tepi pantai telah menyeret sejumlah pedagang di pesisir pantai di Palu. Kemudian, ombak kedua menyusul dengan ketinggian sekitar 5-6 meter.
"Dia (anak berumur 8 tahun itu) bilang, 'Saya sampai tersangkut di atas rumah'," ujar Edy.
Edy menjelaskan bahwa saat itu sedang ada acara pembukaan Pesona Palu Nomoni.
"Jadi banyak anak kecil, anak kecil jadi korban, tapi tadi paling banyak perempuan, ada 80 persen perempuan," sebut Edy.
Reporter: Melissa Octavianti
Advertisement