Liputan6.com, Jakarta - Gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, tak hanya meninggalkan duka. Kini, para korban membutuhkan banyak bantuan, seperti makanan, minuman, baju, hingga tempat tinggal.
Uluran tangan pun mulai berdatangan. Masyarakat Indonesia dengan begitu cepatnya berusaha memberikan bantuan sekadar untuk meringankan beban para korban gempa dan tsunami.
Tanpa sungkan, bahkan mereka rela merogoh kocek pribadi demi membantu korban gempa dan tsunami yang kini mendekam di pengungsian. Tak mau kalah, pemerintah bahkan berusaha secepat mungkin memberikan bantuan.
Advertisement
Pemerintah membiarkan warga korban gempa dan tsunami untuk mengambil barang keperluan mereka di minimarket yang ada. Pemerintah nanti akan membayar barang-barang yang diambil warga.
Berikut enam kisah cara kumpulkan bantuan korban gempa dan tsunami Palu-Donggala yang rela dilakukan masyarakat Indonesia.
1. Cukur Gratis
Dengan peralatan seadanya, puluhan tukang cukur asal Garut, Jawa Barat menggelar kegiatan bakti sosial penggalangan dana untuk korban bencana gempa dan tsunami Palu-Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa,2 Oktober 2018 siang.
Berlatarkan spanduk penggalangan dana kemanusiaan buat Donggala-Palu, mereka menggelar aksi cukur rambut gratis ini di lokasi dadakan, yakni depan kantor perwakilan wilayah IV Provinsi Jawa Barat.
Mereka berharap dengan aksi cukur gratis itu, semakin banyak warga yang berhenti menepikan kendaraannya dan menyisihkan sebagian uang untuk bantuan kemanusiaan.
Abah Atrox, Ketua Paguyuban Tukang Cukur Garut mengatakan, kegiatan sosial yang digawangi Forum Komunitas Kelompok Informasi Masyarakat (FK KIM) Garut itu, sebagai bentuk solidaritas sekaligus keprihatinan sesama anak bangsa, terhadap korban bencana alam di Sulawesi Tengah itu.
"Minimal dengan inilah kami membantu mereka, kan kalau bantu ke sana kami belum bisa," ujar dia, sambil mencukur rambut salah seorang warga yang ikut dalam penggalangan dana itu.
Advertisement
2. Bakso 1 Ton
Unit bisnis Maiwa Breeding Centre (MBC), Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, memproduksi bakso sebanyak 1 ton sejak kemarin sore. Bakso itu sengaja diproduksi untuk diberikan kepada korban gempa dan tsunami yang ada di Sulawesi Tengah.
Rektor Universitas Hasanuddin, Dwia Aries Tina Pulubuhu, mengatakan selain memperhatikan korban gempa yang tidak selamat, Unit Respons Cepat Universitas Hasanuddin juga menilai bahwa korban yang tidak selamat juga perlu diperhatikan.
"Kita melihat di televisi dan dari laporan tim kita yang ada di sana. Kondisi begitu memprihatinkan. Selain korban meninggal, yang perlu menjadi perhatian adalah korban selamat," kata Dwia.
Bantuan paling konkret yang bisa diberikan, ucap Dwia, adalah bantuan berupa bahan makanan yang bisa langsung dimakan. Oleh karena itu, Universitas Hasanuddin berinisiatif membuat bakso yang bisa langsung dimakan dan juga bisa tahan untuk beberapa hari.
"Mereka butuh makan. Maka, kami berinisiatif mengirimkan bahan makanan yang bisa langsung disantap, tidak perlu proses pengolahan. Bakso daging yang diproduksi Unhas ini dapat langsung dimakan dan bisa tahan selama tiga hari. Kami mengemasnya secara khusus," jelasnya.
3. RS Terapung
RS Terapung Ksatria Airlangga sedang dalam perjalanan menuju Palu, Sulawesi Tengah untuk membantu korban gempa Palu-Donggala, Sulawesi Tengah.
Semula RS Terapung Ksatria Airlangga berada di kawasan Maluku Barat Daya untuk memberikan pelayanan dokter spesialis pada masyarakat yang tinggal di kawasan pulau-pulau perbatasan di Indonesia Timur.
Direktur RS Terapung Ksatria Airlangga Agus Harianto mengatakan, saat ini rumah sakit tersebu sedang bersandar di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Kami sedang bersandar di pelabuhan Makassar. Mampir buat mengisi bahan bakar dan logistik," kata Agus.
Agus menceritakan, RS Terapung Ksatria menempuh perjalanan panjang beberapa hari untuk mencapai Sulawesi. Ketika mendengar bencana gempa dan tsunami Palu, RS Terapung memutuskan untuk bertolak ke Palu.
"Kami baru melakukan pelayaran dan layanan kesehatan dari Nusa Penida dan Alor," lanjut Agus.
Advertisement
4. Kapten Azwar
Seorang anggota TNI Angkatan Udara berpangkat kapten, rela merogoh kocek jutaan rupiah untuk membantu beberapa korban gempa dan tsunami Palu-Donggala mengungsi ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Perwira TNI yang baik hati itu bernama Azwar, Dandim Angkatan Udara (AU), bertugas di VIP Bandar Udara (Bandara) Tampa Padang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Ceritanya, Minggu pagi, Azwar melihat empat korban gempa dan tsunami Palu sedang kebingungan. Mereka duduk di dekat pohon tak jauh dari tempat kerjanya. Azwar lantas menghampiri dan menawarkan segelas air mineral.
"Saya kasih air, sembari saya tanyakan korban gempa ya, Bu," kenang Anzwar.
"Iya kami ingin pulang ke Makassar. Tapi tidak punya uang untuk beli tiket pesawat ke sana," jawab salah seorang korban bernama Yantonius.
5. Kardus Polisi
Tak hanya TNI, aparat kepolisian juga tak mau kalah untuk mengambil andil memberikan bantuan. Sejumlah personel Polrestabes Makassar tampak menggotong dus menemui satu per satu personel yang mengikuti apel pagi di halaman Mapolrestabes Makassar, Rabu (3/10/2018).
Mereka mengajak seluruh personel yang ditemui untuk menyisihkan sebagian rezekinya guna membantu meringankan beban para korban bencana gempa Palu dan tsunamI Donggala, Sulawesi Tengah.
Wakil Kepala Polrestabes Makassar, AKBP C F Hotman Sirait mengatakan hampir semua personil Polrestabes Makassar menyumbangkan uangnya secara sukarela ke dalam dus yang dituliskan sebagai kotak amal tersebut.
"Gerakan ini merupakan gerakan peduli korban gempa Palu dan tsunamI Donggala, Sulawesi Tengah," kata Hotman.
Advertisement
6. Ambil Barang Minimarket
Pemerintah memperbolehkan masyarakat Palu mengambil barang dan makanan di minimarket. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penjarahan liar. Nantinya, barang yang diambil warga langsung dibayar oleh pemerintah.
"Bahwa lebik baik daripada penjarahan liar, lebih baik kita buka saja minimarket itu diambil barangnya, diganti barangnya dengan uang," ucap Wiranto di kantornya, Jakarta, Senin 1 Oktober 2018.
Meski sudah memberlakukan kebijakan tersebut, dia tak menampik penjarahan liar akan terjadi di Palu.
"Kemungkinan ada, sangat ada, Tapi sementara ini kebijaksanaan kita begitu," ungkap Wiranto.