Liputan6.com, Jakarta - Warga Palu dan sekitar di Sulawesi Tengah masih kesulitan memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) usai diguncang gempa dan tsunami pada Jumat, 28 September lalu.
Pada saat ini, untuk mendapatkan 5 liter BBM saja, warga Palu butuh tenaga ekstra.
Bagaimana tidak, konsumen harus mengantre panjang untuk memperoleh BBM. Akibatnya, banyak warga berusaha menyisati keadaan ini dengan berbagai cara.
Advertisement
Seperti yang terlihat di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Sisingamangaraja, Palu.
Padatnya antrean membuat warga mengaitkan jeriken mereka dengan tali. Jika sudah tiba giliran, jeriken itu ditarik oleh petugas untuk diisi dengan BBM.
"Beginilah. Kami harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan BBM," ucap seorang warga Palu, Rahul Rahmansyah, Rabu (3/10/2018).
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tidak Bisa Beli Sesuka Hati
Warga pun tidak bisa membeli BBM sesuka hati. Satu jeriken dibatasi hanya dapat 5 liter bensin.
"Masih susah pokoknya. Kalau ada mahal lagi, satu jeriken kami harus bayar Rp 50 ribu," lanjut dia.
Warga lainnya, Fadli, menjelaskan perilaku warga juga masih kurang tertib. "Begitu ada yang sudah tak sabar menunggu, dia akan ambil jeriken, lalu diputus talinya," ujar dia.
Kondisi inilah yang sering memicu konflik antarwarga.
Advertisement