Sukses

Kemendikbud: Layanan bagi 186 Ribu Peserta Didik di Sulteng Terganggu

Selain itu, akibat adanya musibah tersebut sebanyak 22 orang guru meninggal dunia dan 14 orang hilang akibat terseret arus tsunami dan tertimbun reruntuhan bangunan.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Ditjen Dikdasmen Kemendikbud Poppy Dewi Puspitawati mengatakan, terdapat 186 ribu peserta didik di 1.724 satuan pendidikan di Sulawesi Tengah yang terganggu layanan pendidikan pasca-gempa, tsunami, dan likuefaksi, Jumat 28 September lalu.

"Sebanyak 186 ribu peserta didik di 1.724 satuan pendidikan dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK terganggu layanan pendidikannya. Yang terparah di tiga kabupaten, yaitu Kota Palu, Donggala, Sigi," kata Poppy di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2018).

Selain itu, akibat bencana gempa-tsunami, 22 orang guru meninggal dunia dan 14 orang hilang akibat terseret arus tsunami dan tertimbun reruntuhan bangunan.

"Kemungkinan banyak siswa yang terseret tsunami saat mengikuti gladi resik festival Palu Nomoni dan ada Bibie Camp yang terisap lumpur di Jono Oge, Kabupaten Sigi," ujarnya.

Lalu, untuk siswa yang terdampak akibat peristiwa tersebut, yakni 23 siswa meninggal dunia, 35 orang hilang, dan 1 luka berat. Untuk sekolah yang berdampak akibat gempa dan tsunami itu sendiri sebanyak 422 unit.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

2 dari 2 halaman

Masih Mengungsi

"Ada 422 itu total dari empat Kabupaten di Kota Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong. Itu dari PAUD, SD, SMP, SMA dan SMK ya. Untuk yang rusak ringan itu paling banyak di Kota Palu dengan total 215," jelasnya.

Dengan musibah ini, siswa, guru dan pegawai dinas pendidikan masih mengungsi di gunung dan sebagian keluar Sulawesi Tengah.

"Untuk pendataan sendiri belum optimal karena terkendala komunikasi terutama di Donggala, Sigi dan Parigi Moutong," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: