Sukses

Menko Wiranto: Relawan Asing yang Belum Datang, Jangan Dikirimkan

Wiranto mengatakan, sudah banyak relawan yang telah hadir membantu penanganan korban bencana gempa di Sulteng.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Wiranto menegaskan, pemerintah tidak pernah menolak kedatangan relawan asing untuk membantu penanganan korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

"Ini ada kekeliruan, jangan sampai kita menjustifikasi itu. Tidak pernah kita tolak relawan asing," kata Wiranto di kantornya, Jakarta, Senin (15/10/2018).

Bagi negara yang terlanjur mengirimkan relawan ke Sulteng, Wiranto telah meminta kepada Badan SAR Nasional untuk menerima para relawan yang membantu penanganan gempa. Kemudian, dilihat kemampuan yang dimiliki dari relawan itu.

"Katanya ada dari Prancis itu, bisa menyelamatkan korban tanpa membongkar reruntuhan bangunan, misalnya yang di hotel Roa-Roa itu, puing-puing begitu tanpa dibongkar bisa menyelamatkan mayat. Siapa tahu ada yang seperti itu. Bukan diusir, bukan," kata dia.

Namun, bagi negara yang belum mengirimkan relawan, Wiranto meminta untuk tidak melakukan hal tersebut. Sebab, sudah banyak relawan yang telah hadir membantu penanganan korban bencana gempa di Sulteng.

"Tapi yang belum datang, tolong jangan dikirimkan," ucap Wiranto.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Belum Semua Korban Terima Bantuan

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Wiranto tak membantah para korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah belum seluruhnya mendapatkan bantuan. Sebab, sistem pengiriman bantuan ke masyarakat memang belum maksimal.

"Belum seluruhnya diterima. Mengapa? Karena sistem transportasi yang cukup berat. (Bantuan) ini kan karena ton-tonan, bukan kiloan," ungkap Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (15/10/2018).

Dia mengatakan, tak mudah mengirimkan bantuan yang jumlahnya sangat banyak itu ke tengah masyarakat seperti korban gempa Palu ini. Menurut dia, membutuhkan proses yang cukup lama untuk mengungkut bantuan dari pesawat hingga ke truk pengangkut.

"Tiap ngangkut itu 20 ton, 30 ton, ternyata memang hambatan di lapangan, bongkar muat manual, mengangkut dari lapangan ke gudang manual, dari gudang ke truk manual," kata Wiranto.