Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 65 ulama dunia yang berasal dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan beberapa negara lain berkumpul di Mekah, Arab Saudi, Jumat (19/10/2018). Para ulama yang merupakan anggota Majelis Tertinggi Rabithah Al Alam Al Islami (Liga Islam Dunia) itu tengah mengikuti Sidang ke-43.
Beberapa sosok ulama dunia yang hadir dalam Majelis Tertinggi tersebut antara lain Imam Besar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Abdurrahman bin Abdul Aziz As Sudais, Pimpinan Umum Perhimpunan Ulama Besar Arab Saudi Fahd bin Sa'ad Al Majid, dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Dr. Hidayat Nur Wahid.
Hidayat Nur Wahid saat ini merupakan satu-satunya ulama dari Indonesia yang tercatat sebagai anggota Majelis Tertinggi Liga Islam Dunia. Bahkan, status keanggotaan dirinya diperpanjang untuk periode lima tahun mendatang. Ulama atau tokoh Indonesia yang sebelumnya tercatat sebagai Majelis Tertinggi adalah Mohammad Natsir, Rasyid, dan BJ. Habibie.
Advertisement
“Alhamdulillah saya hadir untuk melanjutkan tradisi diplomasi dan memperjuangkan kepentingan Umat Islam", ujar Hidayat.
Tradisi diplomasi dan memperjuangankan kepentingan umat Islam, imbuhnya, merupakan langkah yang dirintis tokoh pendiri bangsa seperti Agus Salim dan Mohamad Natsir, kemudian dilanjutkan oleh Presiden III Indonesia BJ Habibie. Pendiri bangsa itu dianggap telah berkontribusi membangun kerja sama dengan dunia Islam.
"Posisi Indonesia selaku negeri Muslim terbesar di dunia sangat dinantikan peran konkretnya,” ucap Hidayat.
Dalam sidang ke-43 yang dipimpin Mufti Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz bin Abdullah Al Syaikh, dan Sekretaris Jenderal Liga Islam Dunia, Dr. Muhammad bin Abdul Karim Al Isa, dibahas berbagai permasalahan dunia Islam kontemporer. Terkait masalah yang ada, peserta termasuk Hidayat memberi pandangan dan solusi untuk kecemerlangan dan kebaikan dunia Islam.
Hidayat menjelaskan, dunia Islam melalui Liga Muslim memiliki peluang besar untuk maju dan berjaya, meski menghadapi tantangan berat di berbagai kawasan dunia. Generasi muda Muslim yang menguasai berbagai disiplin ilmu dan keterampilan teknologi harus memberikan kontribusi besar sebagai wajah baru santri global.
Ia pun berharap pengaktifan Sekretariat Jenderal Liga Islam Dunia dalam berbagai forum internasional mampu menjadi masukan bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), OKI, dan lembaga dunia lainnya. Dalam kesempatan yang sama, saat sidang Majelis Tertinggi, Imam As-Sudais memuji sumbangsih Liga Islam Dunia dalam melayani dan berkhidmat untuk agama Islam dan advokasi kaum Muslimin.
Menurutnya, organisasi tersebut sudah berusaha secara maksimal memberikan solusi bagi permasalahan umat Islam di berbagai belahan bumi, seperti pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Muslim, mengarusutamakan Islam moderat, dan penyelesaian konflik secara damai.
(*)