Sukses

Beri Rasa Aman, 1.500 Hunian Sementara Dibangun untuk Korban Gempa di NTB

Pantauan Liputan6.com di Sembalun, huntara dibangun di lapangan yang dikelilingi oleh bukit-bukit di sekitar Gunung Rinjani.

Liputan6.com, Jakarta Gempa yang mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, lebih dari seribu kali membuat sejumlah wilayah rata dengan tanah. Ribuan warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka rubuh akibat gempa.

Untuk memberikan tempat hunian layak sementara, BUMN bersinergi membangun hunian sementara (huntara) untuk korban gempa. Total ada 1.500 huntara yang dibangun di NTB. Jumlah itu tersebar di 18 lokasi terdampak gempa, dan diperkirakan dapat menampung 1.500 keluarga.

Salah satu wilayah dengan jumlah huntara terbanyak adalah Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Total ada 700 unit huntara yang dibangun di wilayah yang terletak di lembah Gunung Rinjani ini. Huntara itu tersebar di 5 desa yakni Desa Sembalun Bumbung sebanyak 200 unit, Desa Sajang 127 unit, kemudian di Desa Sembalun Timbal Gading, Desa Sembalun Lawang, dan Desa Bilok Petung.

"Ini tergolong hunian ramah gempa," ujar Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Catur Budi Harto di Sembalun, Selasa (23/10/2018).

Catur mengatakan, pembangunan huntara dikoordinasikan oleh BNI, berkolaborasi dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Adapun untuk proses konstruksinya berkolaborasi dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

"Ini merupakan hasil kerja bersama BUMN di mana yang 1.500 huntara sudah selesai kami bangun," lanjut Catur.

Pantauan Liputan6.com di Sembalun, huntara dibangun di lapangan yang dikelilingi oleh bukit-bukit di sekitar Gunung Rinjani. Beberapa huntara memiliki pemandangan menakjubkan, yakni langsung menghadap ke bukit atau Gunung Rinjani yang merupakan destinasi wisata andalan Pulau Lombok.

 

2 dari 2 halaman

Ukuran Huntara

Unit huntara dibangun berjejer dan rapat satu sama lain. Luas masing-masing huntara 4,8x4,8 meter persegi, di mana satu huntara disekat menjadi 2 ruangan, yakni tempat tidur atau istirahat dan tempat memasak. Sedangkan untuk kamar mandi dan WC berada di tempat terpisah di luar huntara. Satu huntara bisa dihuni setidaknya oleh dua kepala keluarga.

Catur mengatakan, pembangunan dibuat rapat agar huntara lebih kokoh dan tidak mudah rusak oleh angin kencang yang kerap melanda wilayah itu.

Sebagian besar huntara sudah dialiri listrik dari PLN dan air bersih, sehingga masyarakat bisa melakukan banyak aktivitas, layaknya di rumah masing-masing. Seorang warga mengaku lebih senang dan merasa aman tinggal di huntara, daripada di tenda-tenda.   

Pembangunan huntara ini sebagai langkah nyata pemerintah, dalam hal ini BUMN untuk membantu korban gempa di NTB. Sejak awal masa pemulihan, BUMN telah bergerak cepat memulihkan berbagai macam layanan untuk masyarakat terdampak gempa. Seperti layanan telekomunikasi, energi, perbankan, kelistrikan, bantuan logistik, pelayaran, penerbangan hingga kesehatan. Huntara juga dibangun untuk memberi rasa aman menjelang masuknya musim hujan.

Pada saat bencana baru saja melanda NTB, berbagai BUMN juga sempat menyalurkan tenda-tenda darurat sebagai hunian sangat sementara sebelum pmbangunan unit huntara. BNI mengirimkan tenda ukuran  4x6 meter dan tenda peleton berukuran 14x6 meter di Sembalun.

BNI juga menyediakan 2 unit dapur umum, membangun 3 unit sekolah darurat, dan mengirimkan 50 relawan. Sebanyak 10.000 selimut dan ratusan jaket pun terkirim sejak masa tanggap darurat dimulai.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: