Sukses

Prabowo Soal Kalah di Survei: Denny JA itu Apa, Tuhan?

Prabowo menuturkan, bahwa saat ini kaum ibu paling mengerti soal masalah pangan. Mereka juga mengetahui saat ini sangat sulit memberi makanan bergizi kepada anak.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus hoaks Ratna Sarumpaet memiliki dampak elektoral cukup signifikan terhadap elektabilitas pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno. Dari hasil survei LSI Denny JA, elektabilitas keduanya stagnan dan pendukungnya menurun.

Awak media pun meminta tanggapan Prabowo soal elektabilitasnya tersebut di acara Gerakan Emas alias Gerakan Emak dan Anak-anak Minum Susu. Prabowo menanggapi santai.

"Hah Denny JA, terimakasih hahaha. Survei-survei itu bagaimana yang bayar, kenapa gak ada yang nanya soal susu sih, tanyanya soal susu," katanya saat jumpa pers usai deklarasi Gerakan Emas di Stadion Klender, Jakarta Timur, Rabu (24/10).

Prabowo menuturkan, bahwa saat ini kaum ibu paling mengerti soal masalah pangan. Mereka juga mengetahui saat ini sangat sulit memberi makanan bergizi kepada anak.

Ini pun menjadi gebrakan ekonomi Prabowo-Sandi ke depan untuk menstabilkan harga harga bahan pokok yang naik, supaya masyarakat bisa mengkonsumsi makanan bergizi.

"Mereka yang lebih tahu, mereka lebih concern, mereka lebih waspada dan khawatir masa depan dan mereka mengerti keadaan Indonesia. Jadi disitulah saya melihat ada dukungan yang luar biasa kepada kita. Terlepas dari apa yang Denny JA bicara," ucapnya.

"Kenapa survei denny JA, Denny JA itu apa? Tuhan? bukan kan? di bidang polling. Santai aja nanti saya juga bisa bikin polling," ujar Prabowo.

 

2 dari 2 halaman

Polig LSI Denny JA

Diketahui, pada survei yang dilaksanakan LSI Denny JA pada 10-19 Oktober 2018, atau setelah terungkapnya kebohongan Ratna Sarumpaet, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di angka 57,7 persen. Tetap unggul dibandingkan lawannya, Prabowo-Sandiaga di angka 28,6 persen. Sedangkan pemilih belum memutuskan sebesar 13,7 persen.

Survei tersebut memiliki 1.200 responden yang diambil secara acak (multistage random sampling). Wawancara dilakukan secara tatap muka. Serta, survei memiliki Margin of Error 2,8 persen.

Adapun tren elektabilitas bagi Jokowi-Ma'ruf cenderung meningkat. Catatan LSI pada Agustus sebesar 52,2 persen, September 53,2 persen. Cukup tajam pascakasus hoaks Ratna Sarumpaet, naik 4,5 persen ke 57,7 persen di Oktober 2017.

Sedangkan, elektabilitas Prabowo-Sandiaga cenderung stagnan. Pada Agustus 29,5 persen, September 29,2 persen, dan terbaru 28,6 persen.

Peneliti LSI Ikrama Masloman menjelaskan, dampak hoaks Ratna Sarumpaet bukannya mengurangi dukungan terhadap Prabowo-Sandiaga. Melainkan, perubahan pada pemilih yang belum memutuskan (undecided voter).

"Efek elektoral hoaks RS bukan mengurangi dukungan ke Pak Prabowo, tetapi yang belum memutuskan pilihan cenderung ke pak Jokowi," jelasnya saat memaparkan survei di kantor LSI, Rawamangun, JakartaTimur, Selasa (23/10).

Dari segmen pendukung di kalangan terpelajar, dukungan kepada Jokowi meningkat. Pendukung dengan pendidikan perguruan tinggi meningkat dari 40,5 persen di September, menjadi 44 persen di Oktober. Sementara, Prabowo menurun, dari 46,8 persen di September, menjadi 37,4 persen di Oktober. Atau pasca hoaks Ratna Sarumpaet.

Hal sama juga terjadi di segmen pendapatan. Pendukung Jokowi dengan pendapatan di atas Rp 3 juta meningkat dari 46,2 persen menjadi 54,8 persen. Pendukung Prabowo menurun, dari 43,8 persen menjadi 34,5 persen.

"Kalangan terpelajar dan segmen menengah ke atas kurang menyukai pemimpin yang mudah terkecoh dan reaksioner," jelas Ikrama.

Video Terkini