Sukses

Ketua Umum PBNU Mengaku Melihat Bendera HTI di Peringatan Hari Santri

Dia pun saat itu mengaku heran ada bendera tersebut di tengah acara perayaan Hari Santri Nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengaku melihat sendiri adanya bendera HTI saat peringatan Hari Santri Nasional di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tak hanya dia, Said Aqil mengaku Menko Polhukam Wiranto juga melihat bendera yang sama.

"Di Tasikmalaya saya menyaksikan sendiri, termasuk Pak Wiranto yang menjadi inspektur upacara kemarin. Itu artinya ada upaya sistematis untuk melakukan infiltrasi dan provokasi terhadap pelaksanaan apel Hari Santri Nasional 2018," jelasnya di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).

Dia pun saat itu mengaku heran ada bendera tersebut di tengah acara perayaan Hari Santri Nasional.

"Kita lihat, oh ada bendera itu. Kok ada yang bawa bendera itu. Tapi kita belum sejauh itu mengartikan bahwa itu makar. Saya kira masih euforia saja," jelasnya.

"Begitu kejadian tanggal 22 Oktober pembakaran tadi, besoknya sudah terbentang bendera 30 meter lebih di Solo. Tulisannya 'Laailahaillallah Muhammadarrasulullah' itu sepanjang 36 meter. Berarti sudah dipersiapkan dong? Langsung ada spanduk 36 meter tulisannya Laailahaillallah," jelasnya.

Dia menegaskan, yang dipersoalkan bukan kalimat di bendera tersebut. Melainkan ormas terlarang HTI yang telah dibubarkan.

"Sekali lagi, bukan lambang tauhidnya, lambang ormas yang sudah dilarang di negeri kita ini. Artinya sikap PBNU, aparat harus tegas," tegas Said Aqil.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Banyak Bendera HTI

Said Aqil mengatakan, berdasarkan penelusuran tim pencari fakta yang diterjunkan PBNU, pengibaran dan pemasangan bendera HTI di lokasi apel Hari Santri Nasional 2018 terjadi hampir di seluruh wilayah Jawa Barat, seperti Sumedang, Kuningan, Ciamis, Banjar, Bandung, dan Tasikmalaya.

Bendera HTI yang ditemukan di beberapa wilayah tersebut kemudian diserahkan tim pencari fakta ke aparat keamanan sesuai SOP. Sedangkan anggota Banser di Garut menurutnya menjadi korban provokasi dan infiltrasi dengan melakukan pembakaran bendera HTI diluar SOP yang sudah ditentukan.

"PBNU menyayangkan peristiwa pembakaran bendera yang dimaksud. Atas dasar itu PP GP Ansor telah mengambil tindakan yang benar sesuai ketentuan dan mekanisme organisasi.

PBNU juga menyampaikan terima kasih kepada PP GP Ansor, Banser dalam hal ini yang tidak terprovokasi dengan melakukan tindakan kekerasan terhadap pengibaran bendera HTI.

"Baik secara verbal maupun fisik, dengan mempersekusi misalnya," pungkas Said Aqil.

Reporter: Hari Ariyanti