Liputan6.com, Jakarta - Kepala Basarnas Marsdya TNI M Syaugi memastikan beacon Emergency Local Transmitter (ELT) pada pesawat Lion Air Boeing 737 rute Jakarta-Pangkal Pinang tidak terdeteksi oleh Medium Earth Orbital Local User Terminal (MEO LUT) yang ada di Kantor Pusat Basarnas.
"Yang pasti, beacon pesawat tersebut telah terigistrasi dan dinyatakan baik sampai Agustus 2019," ujar Syaugi dalam keterangannya, Senin (29/10/2018).
Baca Juga
Basarnas Command Centre (BCC) menerima musibah tersebut dari Jakarta Air Traffic Control (JATC) pada pukul 06.50 WIB. Pada pukul 07.20 WIB, Basarnas sudah bergerak dan berhasil mendeteksi keberadaan pesawat yang kecelakaan tersebut.
Advertisement
"Kami langsung melakukan koordinasi dan upaya pencarian sampai akhirnya kami temukan serpihan-serpihan pesawat di lokasi musibah," jelas Syaugi.
Hingga saat ini, tim SAR sudah berada di lokasi kejadian musibah (LKP) untuk melakukan proses evakuasi. Tim SAR berasal dari Kantor SAR Jakarta, 48 personil Basarnas Special Group (BSG), dan Kantor SAR Lampung serta sejumlah Potensi SAR.
"Para penyelam kami sudah bergerak dengan peralatan bawah airnya. Kami mohon doanya, semoga proses evakuasi para korban dapat berjalan lancar," tutur Syaugi.
Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto menegaskan bahwa pihaknya belum dapat memastikan penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Hal ini dikarenakan pihaknya belum menemukan blackbox untuk memastikan penyebab jatuhnya pesawat.
Kronologi Jatuhnya Lion Air JT 610
Penerbangan Lion Air nomor penenerbangan JT 610 dengan rute Cengkareng menuju Pangkalpinang mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta pukul 06:20 WIB. Setelah 13 menit mengudara, pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” (sekitar Karawang).
Pesawat mengangkut 178 penumpang dewasa satu penumpang anak-anak dan dua penumpang bayi, termasuk tiga pramugari sedang pelatihan dan satu teknisi. Pesawat memiliki data registrasi PK-LQP jenis Boieng 737 MAX 8. Pesawat ini buatan 2018 dan baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Pesawat dinyatakan layak operasi.
Pesawat dikomandoi Capt. Bhavye Suneja dengan copilot Harvino, bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula. Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 dan copilot lebih dari 5.000 jam terbang.
Advertisement