Sukses

Duka Anak Menanti Jenazah Sang Ibu Korban Lion Air JT 610

Anak perempuan berusia sekitar 14 tahun itu tampak lesu dan sesekali menyeka air mata menanti jawaban petugas, mengenai kondisi ibunya.

Liputan6.com, Jakarta - "Kita buka-bukaan aja deh, Pak. Jasadnya utuh atau tidak. Kami hanya butuh kepastian itu saja."

Pertanyaan tegas itu dilontarkan seorang ibu kepada petugas jaga Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Perempuan berkerudung itu menemani sang keponakan yang ibunya bernama Dia Damayanti--diduga menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang.

Bocah perempuan berusia sekitar 14 tahun itu tampak lesu sesekali menyeka air mata menanti jawaban si petugas, mengenai kondisi sang ibu. Petugas hanya menghela nafas panjang, menjelaskan dengan hati-hati.

"Kita belum tahu Bu kondisi seperti apa, tunggu pemeriksaan selesai yah," ujar si petugas dengan raut wajah tenang, Selasa (30/10/2018).

Nyatanya, sudah lima jam sejak pukul 05.00 pagi hingga pukul 10.00, jawaban itu saja yang keluar dari mulut petugas. Tidak ada penjelasan kondisi para korban. Dapat dipahami, keluarga korban tidak akan mendapat jawaban sesuai keinginan jika pemeriksaan terhadap jenazah belum selesai.

Kakak korban sekaligus bibi dari si bocah pun tak memaksa, hanya berusaha melobi si petugas barangkali ada pernyataan kondisi jasad sang adik. Sementara sang anak perempuan hanya diam.

"Kita sudah ikhlas, Pak, lillahi ta'ala keluarga kita, adik saya sudah tidak ada. Kami hanya mohon sangat, agar pemeriksaan jenazah bisa selesai. Kami di rumah juga bingung mau ngapain lagi. Kita mau kejelasannya Pak, biar kami bisa bawa pulang (jenazah korban)," kata ibu tersebut.

"Bapaknya ini (ayah bocah perempuan) enggak karu-karuan Pak. Nangis, kaget, enggak kuat dia kesini. Makanya dia minta kejelasan gimana kondisi korban," ujarnya.

Si bocah hanya diam, bingung apa yang harus ia sampaikan ke sang ayah yang masih kaget istrinya menjadi daftar penumpang atas peristiwa nahas Senin (29/10) lalu.

Sang bibi beberapa kali mengarahkan agar si bocah kuat saat menjelaskan kondisi saat ini di RS Polri. Sesekali ia mengangguk, mengiyakan arahan si bibi.

"Kami buntu Mbak, tidak tahu harus apa. Kami ingin cepat kejelasan keluarga kami. Ayahnya sampai sekarang masih belum percaya, masih kaget kalau istrinya jadi korban. Terus-terusan nangis, kita kasian kalau kita pulang dia tanya mana jasadnya, gimana kondisinya, kalau enggak ada (kabar kondisi jasad istri) dia minta kami balik lagi," ujar satu dari saudara yang ikut mengantar.

"Ibunya (korban) ke Pangkal Pinang sendiri untuk urusan kerja," dia menambahkan. 

2 dari 2 halaman

Pegawai Nindya Karya

Hingga pukul 10.15 WIB rombongan keluarga bocah itu pergi meninggalkan instalasi forensik RS Polri. Terlihat, pria mengenakan tanda pengenal Nindya Karya mendampingi keluarga korban.

"Iya, dia kerja di Nindya Karya," ujar keluarga korban.

Sejak Senin pukul 23.30 WIB, RS Polri telah menerima 24 kantung jenazah korban pesawat Lion Air JT-610. Wakil Kepala Polri Komjen Pol Ari Dono menjelaskan, jumlah kantung jenazah tidak secara otomatis menandakan jumlah jenazah yang berhasil dievakuasi.

"Jadi, kalau 24 kantong jenazah itu bukan berarti isinya 24 jenazah. Satu kantong jenazah bisa beberapa jenazah karena memang kondisi korban kita temukan dalam keadaan sudah hancur tercerai-berai, tulang-tulang sudah lepas, sehingga upaya-upaya yang dilaksanakan tim pencarian dan evakuasi itu dihimpun di Karawang dan dikirim ke sini ada 24 kantong," kata Ari.

Sementara itu, Kepala Rumah Sakit Bhayangkara, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kombes Musyafak, tengah berupaya mengidentifikasi temuan potongan tubuh tersebut. Saat ini difokuskan kepada tubuh diduga bayi.

"Informasi ada dua bayi ini, kita fokuskan barangkali ada yang masuk di nama ada keterangan bayi jadi lebih singkat. Tetapi kalau misalnya dewasa dan itu hanya serpihan dan lengkap kalau sampel DNA baik dan antemortem itu 4-5 hari teridentifikasi," ucap dia.

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 jatuh di Tanjung Karawang setelah dilaporkan hilang kontak pada sekitar pukul 06.33 WIB. Pesawat tersebut membawa 189 orang, termasuk kru pesawat.

Penumpang itu terdiri dari 178 orang dewasa, 1 anak-anak, dan 2 bayi (infant). Untuk kru pesawat terdiri dari 2 kokpit kru dan 6 orang awak kabin.

 

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com