Sukses

Singapura dan Australia Akan Bantu Proses Pencarian Kotak Hitam Lion Air

Indonesia tidak bisa mencari kotak hitam sendirian, sehingga memang memerlukan bantuan dari negara lain.

Liputan6.com, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan Indonesia akan menerima bantuan negara lain terkait pencarian black box pesawat Lion Air PK-LQP dan pengunduhan data black box atau kotak hitam. Negara itu adalah Singapura dan Australia.

"Dari Singapura, membantu mencari black box karena negara yang membantu juga bisa berpartisipasi. Negara kedua adalah Australia, investigasi dari mereka akan membantu downlod black box," kata Kasubkom Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo utomo di Kantor KNKT, Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (3/11/2018).

Dia menjelaskan, Indonesia tidak bisa mencari kotak hitam sendirian, sehingga memang memerlukan bantuan dari negara lain.

"Tidak akan cukup sehingga bantuan dari negara ini mungkin donwload bisa berjalan dengan lancar. Ini bantuan ini kita terima," ungkap Nurcahyo.

Selain itu, KNKT juga menerima observer dari Arab Saudi. Para observer Arab Saudi itu juga hanya untuk mengamati proses evakuasi saja.

"Arab Saudi hanya belajar, dia minta izin untuk ikut belajar menangani proses evakuasi kecelakaan. Statusnya observer, tidak boleh mendapatkan data," jelas Nurcahyo.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Banyak Serpihan Pesawat

Sementara itu, serpihan pesawat Lion Air PK-LQP ditemukan berserakan di dalam dasar laut di Perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. Hal ini berdasarkan penglihatan dari tim penyelam Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut.

"Tidak hanya roda pesawat, ada sisa badan, lalu sayap," kata Pangkoarmada I Laksda Yudho Margono, Sabtu (3/12/2018).

Penemuan itu berada pada posisi 05 48 46 Selatan 107 07 36 Timur, kurang lebih jaraknya 7,5 mil dari Tanjung pakis.

"(Serpihan) Ini dekat black box kemarin, jaraknya 100 meter di sebelah timur black box," ujar Yudho.

Penemuan itu sudah disampaikan kepada Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi. Sehingga, keputusan akan diangkat atau tidaknya berada ditangan Basarnas. Namun, kondisi serpihan itu sudah dalam keadaan rapuh.

"Kalaupun diangkat kita siap. Yang jelas penyelam kita dah nemu itu semua di titik itu. Banyak yang di bawah, cuma itu tadi riskan kalau diangkat tak bisa utuh," pungkas Yudho.

 

Reporter: Sania Mashabi