Sukses

Menengok Budaya Minum Kopi Masyarakat Manggar Belitung

Banyaknya warkop di Belitung Timur menjadi budaya sendiri bagi masyarakatnya.

Liputan6.com, Jakarta Pulau Belitung tak hanya dikenal sebagai Negeri Laskar Pelangi dengan destinasi wisata yang indah. Tetapi, pulau yang menjadi bagian Provinsi Bangka Belitung ini memiliki julukan baru, yakni Kota 1001 Warung Kopi (warkop), tepatnya untuk Kabupaten Belitung Timur.

Nama tersebut tidak lepas dari penghargaan yang diberikan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk Kabupaten Belitung Timur sebagai wilayah dengan warkop terbanyak. Kami, berkesempatan menelusuri warung-warung kopi di kabupaten tersebut.

Salah satu warung yang terkenal ialah Warkop Atet. Warkop yang telah berdiri sejak tahun 1949 ini tidak pernah sepi pengunjung. Mereka yang datang, mulai dari masyarakat biasa, pedagang hingga pejabat pemerintahan. Letaknya di kawasan Pasar Manggar. Di lokasi ini, warkop memang berjajar. Begitu pun sepanjang jalan di wilayah tersebut.

"Ini warkop yang terkenal di Belitung Timur, wisatawan asing pun, salah satunya dari Prancis sengaja datang subuh untuk mencoba kopi di sana (Warkop Atet)," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Belitung Timur Evy Nardi, Selasa (13/11).

 

Benar saja, begitu kami tiba puluhan masyarakat sudah saling berbincang. Obrolannya pun beragam, mulai dari masalah masyarakat hingga politik.

"Kalau mau tahu obrolan politik ada tempatnya juga, mereka ngobrol santai saja. Tapi ya itu, mulai dari politik dan lainnya jadi perbincangan ya dari warung kopi," jelasnya.

Kopi yang disajikan memang tidak beragam, tetapi beberapa warkop memiliki kekhasan dari asal kopi yang disajikan.

"Kalau yang di Warkop Atet biasanya dari Lampung. Warkop lain ada dari wilayah lain, tentunya ada juga yang khas dari Belitung. Tergantung selera, bisa dicari," kata dia.

 

Evy menambahkan, banyaknya warkop di Belitung Timur menjadi budaya sendiri bagi masyarakatnya. Mereka jadi terbiasa untuk meminum kopi di berbagai warkop sebelum beraktivitas kerja.

"Jadi, kita pengen budayanya seperti itu. Pagi ngopi, berbincang, silaturahmi, lalu beraktivitas. Ini juga berlangsung di negara-negara lain kan. Tapi, sekarang ada di Belitung Timur," tuntasnya. 

 

Reporter: Haris Kurniawan

Sumber : Merdeka.com